Baca juga : Gerakan Eljihan : Kelompok Tandingan Islam Liberal Didirikan di Surabaya
Gerakan sekularisme (gerakan anti nilai-nilai Islami atau pemisahan nilai-nilai agama dengan dunia) yang digulirkan oleh mereka yang mengklaim diri sebagai (Islam) Liberal menjadi ancaman serius umat Islam Indonesia. Pasalnya, gerakan ini bakal mengikis habis upaya penerapan nilai-nilai Islami dalam kehidupan sosial, politik, budaya, hukum dan sebagainya. Bahkan, mereka mengangggap teks Al-Qur’an itu harus dikritik (hermeneutika) sebagaimana Bible dikritik oleh para teolog Kristen. Akibatnya, ayat-ayat Al-Qur’an yang muhkamat menjadi mutasyabihat, yang qath’iy menjadi dzanny, yang ma’lum menjadi majhul, yang yaqin menjadi dzanny, dan selanjutnya.
Singkatnya, Al-Qur’an dianggap tidak suci lagi sebagaimana Bible dan Taurat diselewengkan pemeluknya sendiri.
Menghadapi gerakan kaum Liberal, para pemuja tradisi Barat itu, sejumlah ilmuwan muda dari International Institute of Islamic Thougth and Civilatition (ISTAC) International Islamic University of Malaysia (IIUM) meluncurkan jurnal pemikiran dan peradaban Islam dengan nama “ISLAMIA.”
Jurnal tiga bulanan ini dimaksudkan untuk meng-counter- isu-isu atau wacana-wacana miring tentang Al-Qur’an, Sya’riah Islam, Hadis Nabi Saw, dan lain-lainnya.
“Tantantangan sekulurisme di Indonesia lebih serius dan berbahaya dibanding di Malaysia. Santri-santri pondok pesantren sudah kena virus sekularisasi. Para petinggi ormas Islam dan perguruan tinggi juga banyak yang terjebak dengan ide-ide atau isu-isu yang diimpor dari para orintalis itu,”ujar dewan redaksi Adian Husaini MA.
Adian, yang juga mahasiswa S3 ISTAC, itu mengaku heran dan kaget dengan sikap para tokoh Islam yang begitu mudah mengekor teori-teori Barat. “Kenapa mereka tidak kritis dengan ide-ide Barat itu,”sambungnya. Dalam kunjungannya ke beberapa kampus dalam acara “Workshop Pemikiran dan Peradaban Islam”, banyak mahasiswa dan guru besar di Universitas Islam Negeri (UIN) di Jakarta maupun Yogyakarta dan tokoh Muhammdiyah yang secara mentah-mentah mengadopsi ide-ide itu. “Mereka ini harus diberi pencerahan. Karena yang mereka kutip untuk dijadikan rujukan itu hanya satu sumber saja,”tuturnya.
DR. Ugi Suharto, dosen ISTAC, menyatakan, upaya mereka mengkritik Al-Qur’an dengan cara hermeneutik adalah dalam rangka menjatuhkan validitas Al-Qur’an. “Dan ini tidak menguntungkan kaum Muslimin,”tutur anggota dewan redaksi ISLAMIA itu. Para kaum liberal mengikuti jejak para teolog dan orientalis itu lantaran mereka tidak paham betul dengan sejarah hermeutika Bible. “Mereka mau mensejajarkan nash Al-Qur’an dengan Bible. Padahal sejarahnya berbeda,”sambung doktor ekonomi yang fasih tentang ulumul Qur’an dan Hadis.
Direktur Utama ISLAMIA Eddy Setiawan berharap, dengan lahirnya ISLAMIA Barat juga mengakui kontribusi Islam terhadap peradaban dunia. “Saat ini ada upaya dari kalangan Barat untuk mengatakan bahwa Islam tak punya andil dalam pembangunan,”paparnya. Ia menambahkan, ISLAMIA akan terbit terus. Jadi ini bukan yang pertama dan bukan yang terakhir. (na/sf/eramuslim)
0 komentar:
Posting Komentar