Pages

Sabtu, 10 Maret 2012

Sesatnya Ucapan Nurcholish Madjid: Iblis Kelak Akan Masuk Surga

Ust. Hartono Ahmad Jaiz
Nurcholish Madjid menimbulkan kasus 23 Januari 1987 di pengajian Paramadina yang ia pimpin di Jakarta. Saat itu ada pertanyaan dari peserta pengajian, Lukman Hakim, berbunyi: “Salahkah Iblis, karena dia tidak mau sujud kepada Adam, ketika Allah menyuruhnya. Bukankah sujud hanya boleh kepada Allah?”

Dr. Nurcholish Madjid, yang memimpin pengajian itu, menjawab dengan satu kutipan dari pendapat Ibnu Arabi, dari salah satu majalah yang terbit di Damascus, Syria, bahwa: “Iblis kelak akan masuk surga, bahkan di tempat yang tertinggi karena dia tidak mau sujud kecuali kepada Allah saja, dan inilah tauhid yang murni.”

Nurcholis juga mengatakan, “Kalau seandainya saudara membaca, dan lebih banyak membaca mungkin saudara menjadi Ibnu Arabi.

Sebab apa?

Sebab Ibnu Arabi antara lain yang mengatakan bahwa kalau ada makhluk Tuhan yang paling tinggi surganya, itu Iblis.

Jadi sebetulnya pertanyaan anda itu permulaan dari satu tingkat iman yang paling tinggi sekali. Tapi harus membaca banyak.” (lihat buku Jawaban Tuntas untuk Dr. Nurcholish Madjid tentang Ibnu Arabi dan Setan Masuk Surga, Yayasan Islam Al-Qalam, 1407 H, hlm. 20).

Demikianlah jawaban Nurcholish Madjid. Mari kita perbandingkan jawaban itu dengan pendapat para ulama, terutama mengenai siapa dan bagaimanakah sebenarnya pemahaman Ibnu Arabi itu.

Siapakah Ibnu Arabi itu?

Ibnu Arabi, nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad Ibn Ali Muhyiddin Al-Hatimi At-Thai Al-Andalusi, dikenal dengan Ibnu Arabi .

Ibnu Arabi (Muhyiddin) dianggap sebagai tokoh tasawuf falsafi, lahir di Murcia Spanyol, 17 Ramadhan 560 H/28 Juli 1165 M, dan mati di Damaskus, Rabi’ul Tsani 638 H/Oktober 1240 M.

Inti ajarannya didasarkan atas teori wihdatul wujud (satunya wujud, semua wujud di alam ini adalah –cerminan—Allah) yang menghasilkan wihdatul adyan (satunya agama, tauhid maupun syirik).

Di antara ajaran Ibnu Arabi adalah:
- Hamba adalah Tuhan (tercantum dalam kitab Ibnu Arabi, Fushush Al-Hikam, 92-93)
- Neraka adalah surga itu sendiri (Fushush Al-Hikam, 93-94).
- Perbuatan hamba adalah perbuatan Allah itu sendiri. (Fushush Al-Hikam 143).
- Fir’aun adalah mu’min dan terbebas dari siksa neraka. (Fushush Al-Hikam, 181).
- Wanita adalah Tuhan (Fushush Al-Hikam, 216).
- Fir’aun adalah Tuhan Musa. (Fushush Al-Hikam, 209).
- Semua ini adalah Allah, tidak ada nabi/rasul atau malaikat. Allah adalah manusia besar. (Fushush Al-Hikam, 48).
- Allah membutuhkan pertolongan makhluk. (Fushush Al-Hikam, 58-59).

Oleh karena sebegitu drastisnya penyimpangan yang ditampilkan Ibnu Arabi, maka 37 ulama telah mengkafirkannya atau memurtadkannya.
Di antara yang mengkafirkan Ibnu Arabi itu adalah ulama-ulama besar yang dikenal sampai kini:
- Ibnu Daqieq Al-‘Ied (w 702 H).
- Ibnu Taimiyah (w 728 H).
- Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (w 751 H).
- Qadhi ‘Iyadh (w 744 H).
- Al-‘Iraqi (w 826 H).
- Ibnu Hajar Al-‘Asqalani (w 852 H).
- Al-Jurjani (w 814 H).
- Izzuddin Ibn Abdis Salam (w 660 H).
- An-Nawawi (w 676 H).
- Adz-Dzahabi (w 748 H).
- Al-Bulqini (w 805 H).

Mengenai iblis dan Fir’aun masuk surga seperti yang dicantumkan oleh Ibnu Arabi dalam kitabnya, Fushush Al-Hikam, itu jelas sangat bertentangan dengan ayat Al-Qur’an. Iblis dan pengikut-pengikutnya dimasukkan dalam neraka, ditegaskan dalam ayat:
وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِي عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Dan berkatalah setan, tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan, ‘Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyelisihinya.
Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekadar) aku menyeru kamu, lalu kamu mematuhi seruanku. Oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri.
Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu, dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.’ Sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu mendapat siksaan yang pedih.” (Ibrahim: 22)

Setan di sini adalah iblis menurut ijma’ para mufassirin salaf (tiga generasi awal: sahabat, tabi’in, dan tabi’it tabi’in). Arti wamaa antum bimushrikhi adalah kamu tidak dapat membebaskanku dan menyelamatkanku. Itu artinya iblis adalah bersama mereka di neraka.

Dalam Mukhtashar Tafsir At-Thabari dijelaskan:
Dan iblis berkata ketika telah selesai perkara (hisab), maka ahli surga dimasukkan ke surga dan ahli neraka dimasukkan ke neraka:
“Allah telah menjanjikan kepada kalian janji untuk memasukkan neraka kepada orang-orang kafir, maka Dia memenuhi janji-Nya, dan aku (iblis) telah menjanjikan pertolongan, lalu aku selisihi janjiku, dan tidak ada bagiku atas kalian alasan tetapnya kebenaran ucapanku, tetapi aku telah mengajak kalian untuk bermaksiat kepada Allah, lalu kalian kabulkan ajakanku, maka kalian jangan mencelaku atas pengabulan kalian terhadap (ajakan)ku, dan cercalah diri-diri kalian sendiri atasnya.

Aku tidak bisa menolong dan menyelamatkan kalian dari adzab Allah, dan kalian tidak bisa juga menolongku dari adzab-Nya. Sesungguhnya aku membantah terhadap kalian yang menyekutukanku dengan Allah di dunia.”

Sesungguhnya bagi orang-orang yang kafir terhadap Allah itu adzab yang sangat menyakitkan.

Di situ iblis jelas masuk neraka dan tidak bisa menolong orang-orang yang telah ditipunya. Bagaimana akal bisa menerima paham Ibnu Arabi bahwa iblis masuk surga? Orang-orang yang ditipu saja jelas masuk neraka, apalagi yang menipunya.

Kalau yang menipu justru masuk surga, maka berarti menipu itu adalah ibadah. Itu adalah pemikiran Setan.

Sedang keyakinan Ibnu Arabi dan kaum shufi bahwa Fir’aun masuk surga, perlu dibantah pula dengan ayat. Karena, biar akar pemikiran Nurcholish yang menafsirkan ayat pakai paham shufi itu sekalian tuntas diketahui salahnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا ءَالَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ

“Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat (dikatakan kepada malaikat): Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras.” (Al-Mukmin: 46)

Demikianlah bantahan terhadap pemahaman shufi yang telah dijadikan landasan oleh Nurcholish Madjid dalam menjawab pertanyaan, dan belakangan merujuk shufi pula dalam menafsirkan ayat. (Dipetik dari buku Aliran dan Paham Sesat di Indonesia, dalam bab Tulisan Nurcholish Madjid Berbahaya Merujuk ke Tasawuf Sesat, dengan sedikit modifikasi/AlDakwah.org).

0 komentar:

Posting Komentar