Pages

Senin, 13 Februari 2012

Memahami Kedudukan Agama Islam dan Kristen, Menjawab Propaganda Teologi Pluralis Kajian Utan Kayu



Oleh: Dr. Sanihu Munir MPH
Gencarnya Propaganda Teologi Pluralis (Kajian Utan Kayu, Jawa Pos) Bagaikan Dewa Penolong Bagi Para Pemimpin Gereja dan Penginjil Ditengah Kritikan dan Gempuran Para Pakar Sejarah Yang Menyatakan Kepalsuan Ajaran Kristen.

Pagi itu hari Senin, di Kantor saya tergeletak koran lokal, Kendari Pos. Di halaman 4, persis seperti halaman yang disediakan Jawa Pos, mata saya kembali tertuju pada tulisan dari kelompok Kajian Utan Kayu, yang sedang gencar-gencarnya melakukan kampanye Teologi Pluralis yang pada prinsipnya menganggap semua agama adalah benar.

Kalau saya mengamati di berbagai kota di Indonesia, rupanya kelompok Jawa Pos saat ini sudah menjadi alat propaganda paham Teologi Pluralis yang dimotori Kelompok Kajian Islam Utan Kayu (KIUK), untuk menggiring umat Islam agar mau menerima bahwa agama lain pun sama benarnya dengan Islam. Untuk memutuskan siasat ini, mereka tidak segan-segan menyerang kelompok-kelompok Islam lainnya yang ingin menegakkan Islam sebagai agama yang haq dan rahmatan lil alamin yang ingin meluruskan kesesatan agama-agama lainnya terutama agama Kristen. Salah satu kelompok Islam yang menjadi sasaran mereka adalah Laskar Jihad yang mereka golongkan sebagai simbol Islam Radikal.

Saya merasa sedih karena untuk mendukung kampanye Teologi Pluralis ini, Harian Jawa Pos telah mengabaikan tanggung jawabnya untuk berlaku adil terhadap pemberitaan yang berimbang. Saya merasa didzalimi ketika surat tanggapan terhadap tulisan Sdr Budhy Munawar Rahman dan Syafii Anwar pada Harian tersebut, terbitan hari Minggu tanggal 6 Januari 2002, tidak dimuat dan tidak pula ditanggapi, baik oleh Harian Jawa Pos maupun kedua penulis. Padahal surat tanggapan tersebut saya antar sendiri ke Kantor Pusat Harian Jawa Pos di gedung Graha Pena Surabaya, pada hari Jum'at tanggal 10 januari 2002.

Saya tidak sepakat dengan cara kelompok KIUK yang meminta agar tanggapan atas tulisan mereka, dikirim ke alamat. Ini tidak adil, karena yang terjadi adalah informasi sepihak yang sangat merugikan umat Islam yang tidak setuju dengan pendapat mereka. Seharusnya, kalau Jawa Pos memuat tulisan mereka yang menyerang kelompok tertentu, maka Jawa Pos berkewajiban menyediakan kolom yang sama besar dan sama kualitasnya untuk memuat tanggapan korban atau obyek penderita atas tulisan mereka.

Dengan cara yang mereka lakukan seperti saat ini, kelihatannya Jawa Pos ikut-ikutan bersama kelompok KIUK, mengindoktrinasi umat Islam dengan ajaran-ajaran yang mereka inginkan. Oleh karena itu, andaikata tulisan saya ini -sekali lagi -tidak dimuat oleh Harian Jawa Pos, semoga para pembaca Harian Jawa Pos, akan dapat membacanya pada Harian atau media massa lainnya.

Dalam tulisan ini, saya ingin menjelaskan kepada umat, khusus tentang kedudukan agama Islam dan Kristen untuk menjadi bahan dalam menilai benar tidaknya kampanye dan propaganda Kelompok KIUK yang selalu saja ingin mengatakan bahwa kedua agama tersebut sama benarnya.

Mengapa Islam Kristen?


Sub judul ini cukup menarik. Mengapa kita memfokuskan pembahasan kita pada dua agama dominan di dunia ini, yang juga tercermin di negara kita?

Kita mengenal berbagai agama yang ada di dunia ini seperti Islam, Kristen, Yahudi, Shinto, Budha, Hindu, Kong Hu Chu dan lain lain. Dari kesemua agama yang ada ini, Agama Islam dan Agama Kristen merupakan dua agama yang berkaitan erat, karena agama Kristen dan tokoh mereka Yesus (Nabi Isa AS) sangat banyak di bahas dalam Al Qur'an.

Agama Yahudi termasuk agama yang juga dibahas secara intensif dalam Al-Qur'an, namun karena penganut agama Yahudi di Indonesia ini praktis tidak ada, sehingga kita tidak menemukan persoalan dengan penganut agama ini, walaupun gerakan Zionis Internasional ikut pula mengobok-ngobok negara kita. Sementara, Al-Qur'an tidak berbicara secara khusus tentang agama-agama lain seperti Budha, Hindu, Shinto dan lain lain.

Kaitan antara Agama Islam dan Agama Kristen menjadi lebih kuat, karena ajaran Kristen memiliki dampak langsung terhadap keimanan umat Islam, antara lain :

Umat Islam memuliakan Yesus (Nabi Isa a.s.) sebagai salah seorang Rasul Allah untuk bani Israil, sementara umat Kristen menjadi oknum bersama Yesus, sebagai Tuhan dan Juru selamat.

Umat Islam taat pada ajaran Tauhid murni yang diajarkan Nabi Isa a.s. (Yesus) dan Nabi-nabi Allah lainnya sebagaimana yang disempurnakan dan diajarkan oleh Rasulullah SAW, sementara umat Kristen mengikuti ajaran yang bertentangan dengan Tauhid yang diajarkan Yesus, dengan mengatakan bahwa itu adalah perintah Yesus.

Nabi Muhammad SAW adalah Nabi Muslim yang diutus untuk seluruh umat manusia dan Yesus adalah Nabi Muslim yang diutus khusus untuk bani Israil. Namun tiba-tiba umat Kristen mengatakan bahwa Gereja memerintahkan untuk mengkristenkan seluruh bangsa di muka bumi ini.

Inilah antara lain beberapa persoalan yang ditemui antara Agama Islam dan Agama Kristen yang tidak ditemukan antara Agama Islam dan Agama-agama lainnya.

Mencari Pembenaran Sejarah


Ketika orang-orang Romawi mengangkat Sol Invictus atau Heracles menjadi Tuhan, ketika orang-orang Persia melantik Mithra menjadi Tuhan, atau ketika orang-orang Mesir menyembah Dewa Tammuz sebagai Tuhan, umat Islam tidak memusingkannya.

Ketika orang-orang Romawi mengatakan bahwa Heracles dan Sol Invictus adalah Tuhan yang turun ke bumi untuk menyelamatkan manusia, tidak satupun manusia di muka bumi ini yang dapat memperlihatkan bukti-bukti sejarah, di mana Tuhan tersebut hidup di dunia ini. Demikian pula orang-orang Mesir mengatakan bahwa Dewa Tammuz mati dan bangkit kembali untuk menebus dosa manusia, mereka sesungguhnya tidak tahu di mana dia lahir, mati, dan bangkit kembali.

Namun ketika orang-orang Kristen mengatakan bahwa Yesus putra Mariam, saudara Yacobus yang lahir tahun 4 SM, tuan guru Yahudi dan khatib di Bait Allah di zaman Gubernur Pilatus, adalah Tuhan dan Juruselamat yang mati dan bangkit kembali, maka umat manusia di muka bumi ini, khususnya umat Islam, tidak dapat menerimanya.

Hukum alam mengatakan bahwa manusia melahirkan manusia, bukan melahirkan Tuhan. Dalam semua kitab para Nabi Allah tidak satupun yang mengatakan atau meramalkan bahwa seorang manusia akan melahirkan Tuhan! Manusia yang mengatakan dirinya bukan Tuhan adalah normal. Tetapi manusia yang mengatakan dirinya Tuhan adalah sinting, dan siapa saja yang mengatakan bahwa Tuhan telah lahir dari rahim seorang wanita adalah pendusta.

Kalau kemudian Yesus yang dilahirkan dari rahim Mariam tiba-tiba diakui sudah menjadi Tuhan, tentu orang akan menuntut bukti-bukti, kapan dia menjadi Tuhan? Siapa yang membuat SK ketuhanannya, serta kapan ditetapkan? Mengapa sejak bayi ibunya tidak menyembah sebagai Tuhan? Mengapa dimasa kanak-kanak sampai dewasa adik-adiknya tidak pernah menyembahnya sebagai Tuhan? Mengapa ketika dia berkhotbah di Bait Allah, jemaat Bait Allah tidak menyembahnya sebagai Tuhan? Mengapa ketika dia di tangkap di taman Getsemani murid-muridnya tidak menyembahnya sebagai Tuhan, tetapi malah lari meninggalkan dirinya?

Kalau semua pertanyaan di atas berembel-embel tidak, tidak dan tidak, lalu pertanyaan baru yang mucul: Siapa yang mempromosikan, memprogandakan ketuhanaan Yesus serta memaksakan, mengintimidasi, menganiaya, dan membantai siapa saja yang tidak mau menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat ?

Tolong ini di jawab secara jujur dan kesatria.

Marilah kita memahami sejarah dengan sungguh-sungguh, agar kita tidak di kibuli dan dininabobokan oleh dongeng kristen.

Berbagai macam pertanyaan ini muncul karena Yesus adalah manusia riil yang hidup di dunia ini dalam kurun waktu tertentu (fixed period), dalam lingkungan masyarakat tertentu (fixed social environment), berinteraksi dengan orang-orang tertentu (fixed social interaction) dan dicatat bersama orang-orang penting tertentu, oleh orang-orang tertentu (fixed historical background). Kesemuanya ini menyebabkan orang (khususnya para pemimpin Gereja) tidak boleh mem"permak" sejarah hidup Yesus untuk di "setel" dan disesuaikan dengan keinginan mereka.

Ketika para sejarahwan dan para astronom tidak pernah memberikan indikasi akan adanya bintang yang menuntun orang-orang Majusi ke rumah Yesus, mereka mengatakan bahwa bintang itu berhenti di atas rumah Yesus. Ini suatu kebohongan! Kalau orang-orang di zaman Yesus menganggap bintang-bintang di langit hanya sebesar bola tennis yang melompat tidak beraturan dari suatu tempat ke tempat yang lain, masih dapat dimaklumi. Tetapi kalau para pemimpin Gereja di Milennium ke III ini masih mau mempertahankan dan malah mengkampanyekan pendapat seperti ini, sesungguhnya sama saja mereka menuju ke jalan kematian (Spong).

Ketika para sejarahwan memperlihatkan bahwa Yesus tidak pernah menyingkir ke Mesir, mereka mengatakan bahwa Yesus menyingkir ke Mesir, hanya karena sangat ingin mempersamakan Yesus dengan Nabi Musa as. Demikian pula ketika orang-orang Yahudi menganggap Yesus si tukang kayu yang berkhotbah setiap hari Sabat sebagai seorang nabi, umat kristen mengatakan bahwa dia adalah Tuhan. Dan ketika mereka tidak menemukan Yesus dalam goa kuburan, mereka mengatakan bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati.
Akumulasi persoalan yang dihadapi umat Kristen ini menyebabkan mereka harus berakrobat untuk menghadapi dunia yang menghadang dan mulai membongkar satu persatu borok kebohongan mereka. Dalam keadaan seperti inilah mereka sensitif, over aktif dan mudah emosi. Berbagai cara mereka lakukan utnuk menutup-nutupi kebohongan yang sudah terlanjur mereka kampanyekan sebagai "kebenaran Kristen."

Andaikata segala keinginan, angan-angan, dan ambisi ini dicantelkan pada diri Sol Invictus, Mithra, Heraclus atau Tammuz, persoalannya tidak akan sedemikian parah. Ketika para penyembah berhala mengatakan bahwa Dewa Matahari Sol Invictus dan Mithra lahir pada tanggal 25 Desember, tidak secuilpun catatan sejarah yang dapat digunakan untuk membuktikan kebenaran atau kesalahannya.

Namun ketika Gereja bersama Kaisar Romawi yang melantik manusia Yesus mejadi Tuhan dan Kristus, mengatakan bahwa Yesus lahir tanggal 25 Desember 0001, mereka telah menabrak informasi dalam Al qur'an, Naskah Laut Mati, maupun Al Kitab mereka sendiri. Keinginan Gereja yang menggebu-gebu untuk mempertuhankan Yesus serta mempersamakannya dengan para Dewa Penyembah berhala ini, menyebabkan mereka harus memetik setiap embel-embel yang dimiliki Dewa Penyembah Berhala untuk diselamatkan pada diri Yesus.

Kebohongan-kebohongan ini merupakan penyebab turunnya secara drastis penganut ajaran Kristen terutama di Eropah. Dari pengalaman saya berjumpa dengan orang-orang Eropah di berbagai negara memperlihatkan bahwa walaupun mereka mangaku Kristen, tetapi sesungguhnya mereka sudah tidak percaya dengan ajaran Kristen. Di banyak kesempatan berdiskusi denga para pastor dan pendeta Filipina dalam perjalanan antara Filipina dan Indonesia, mereka sering kecewa dan kecele.

Ketika mereka ingin mencari dukungan untuk membenarkan ajaran kristen dari para wisatawan Eropah dan Amerika, ternyata para wisatawan tersebut, yang rata-rata adalah orang-orang Kristen, malah dengan tegas mengatakan bahwa ajaran Kristen adalah keliru, dan sudah ketinggalan zaman sehingga tidak dapat dipertahankan lagi.

Oleh karena itu, ketika para pakar Kristen dan sejarawan Internasional mengatakan bahwa ajaran Kelompok Yesus adalah ajaran Tauhid murni sebagaimana yang diajarkan para nabi Allah, dan ketika mereka menemukan bahwa para pemimpin Gereja telah melakukan penyelewengan dan penyesatan ajaran Tauhid murni Yesus dengan menciptakan ayat-ayat palsu untuk mendukung ajaran penyembahan berhala, kok tega nian orang-orang yang mengaku Islam dengan maksud-maksud tertentu berusaha menutup-nutupi kebusukan ini dengan mengatakan bahwa agama Islam dan agama Kristen sama-sama benar.

Dengan propaganda gencar para pendukung Teologi Pluralis ini, para pemimpin Gereja dan Penginjil merasa seperti kejatuhan dewa penolong dalam menghadapi gempuran para Sejarawan, Pakar Alkitab dan Naskah Laut Mati serta Al Qur'an yang membongkar segala kesesatan dan tipu muslihat mereka.

Persoalan Islam Kristen


Persoalan kedua yang dihadapi umat Kristen adalah: mereka dituntut untuk membuktikan bahwa Yesus, nabi Muslim untuk Bani Israil yang diimani umat Islam adalah benar-benar Tuhan dan Juru Selamat yang memerintahkan setiap penginjil untuk mengkristenkan bangsa-bangsa di dunia.

Setiap penginjil akan merasa bangga dan mengaku bahwa Yesus telah memerintahkan mereka untuk memberitakan Injil kepada segala makhluk.

"Pergilah ke seuluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk" (Markus 16:15)
Kemudian diikuti lagi dengan perintah berikut ini.: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama bapa dan Anak dan Roh Kudus" (Matius 28:19)
Secara ilmiah perintah ini ditolak oleh umat Islam karena tidak masuk akal. Kalau Yesus belum linglung, dia tentu masih ingat bahwa dia sudah memerintahkan dan mewanti-wanti murid-muridnya untuk hanya berdakwah kepada bani Israil.

"Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel" (Matius 10:5-6)
Al Qur'an dengan tegas mengatakan bahwa Yesus adalah nabi yang diutus hanya untuk bani Israil:
"Dan sebagai Rasul kepada Bani Israil" (Q. S. Ali Imran: 49)
Kerasulan Yesus ini didukung pula oleh Prof. Alvar Ellegard dalam bukunya Jesus One Hundred Years before Christ, (1999), hal. 191:
"We thus have further support for the view begore the campaigns Paul and his colleagues, there were churhes of God that regarded Jesus simply as a teacher and prophet, not yet as the messiah"

(Dengan demikian kita memperoleh dukungan yang lebih kuat terhadap pandangan bahwa sebelum Paulus dan pendukung-pendukungnya berkampanye (bahwa Yesus adalah Tuhan dan Kristus), sudah ada Bait Allah yang menganggap Yesus hanya sekedar guru dan nabi/rasul, dan belum menganggapnya Mesias)

Selanjutnya Marcus J. Borg dalam bukunya Meeting Jesus Again for the First Time mendukung pandangan Al Qur 'an ini dengan mengatakan :
"Jesus was deeply Jewish. It is important to emphasize this obvious fact. Not only he Jewish by birth and socialization but he remain a Jew all of his life?He did not intend to establish a new religion but saw himself as having a mission within Judaism"
(Yesus adalah penganut Yahudi yang kental. Fakta yang jelas ini sangat perlu untuk dikemukakan. Bukan hanya terlahir dan dibesarkan sebagai seorang Yahudi, tetapi dia tetap sebagai seorang Yahudi sepanjang hidupnya?Beliau tidak pernah berniat untuk membangun suatu agama baru, akan tetapi melihat dirinya sendiri sebagai pengemban misi dalam agama Yahudi)

Oleh sebab itu kalau ada yang mengatakan bahwa Yesus telah memerintahkan murid-muridnya untuk menyebarkan ajaran penyembahan berhala kepada para penyembah berhala di Kerajaan Romawi untuk menyembah dirinya dalam kesatuan Trinitas, tidak perlu heran.
A.N. Wilson menjelaskan kemudahan ini adalam bukunya Jesus A Life (1992), hal. 19: "The Gentiles og This period who had no perconceived idea about the Messiah, it would have been much easier to think, not in term of Israel's Anointed One, but of a demigod or a god incarnate?the Gentiles would have no difficulty in turning Jesus into God"
(Para penyembah berhala di masa dimana mereka tidak mengenal ide tentang mesias, akan lebih mudah berfikir, bukan dalam kerangka yang diurapi untuk Israel, tetapi sebagai dewa atau jelmaan Tuhan?para penyembah berhala ini tidak mengalami kesulitan untuk merobah (manusia) Yesus menjadi Tuhan)

Pertanyaan yang muncul adalah siapakah gerangan yang merekayasa proyek kemusyrikan ini? Ternyata tangan-tangan kotor para pendukung Paulus dengan sengaja telah menyelipkan ayat-ayat palsu (Matius 28:16-20 dan Markus 16:9-20) tersebut di atas untuk melegitimasi keinginan para penyembah berhala yang makan babi, tidak bersunat serta menyembah Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat (Robert Funk dan Ray W.Hoover,1993;Hugh J.Schonfield,1998;Paul Tillich,1968)

Umat yang mempertuhankan Yesus dituntut untuk membuktikan bahwa mereka benar-benar adalah pengikut setia ajaran Yesus. Pada kenyataannya, ketika umat Islam beriman dan beramal saleh seperti yang diperintahkan Nabi Isa as (Yesus), umat Kristen justru tidak mentaati perintah-perintah Yesus.

"Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa (markus 12:29)

Umat Kristen malah beriman kepada Kristus Yesus.

"Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena imam dalam Yesus Kristus. (Galatia 2:16)

Ketika orang-orang Israel sepakat bahwa tiada Tuhan selain Allah.
"Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia (Allah) esa, dan bahwa tidak ada (Tuhan) yang lain kecuali Dia (Allah)


Umat Kristen malah mengatakan bahwa Yesus adalah Tuhan.
"Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus" (2 Petrus 3:18)

Yesus disunat,

"Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan" (Lukas 2:21)
sementara umat Kristus dilarang bersunat atas perintah Paulus.

"Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak berguna bagimu"(Galatia 5:2)

Yesus tidak makan babi sebagaimana dijelaskan Marcus J.Borg, sementara umat Kristen mengatakan bahwa Yesus telah menghalalkan babi

"Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal" (Markus 7:19)

Dari ayat-ayat Al Qur'an, Alkitab, maupun fakta-fakta sejarah hasil penelitian para pakar, memperlihatkan bahwa umat Kristen melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari perintah Allah yang disampaikan oleh Yesus, yang kemudian disempurnakan dan ditegaskan kembali oleh Nabi Muhammad SAW. Persoalannya menjadi parah karena Gereja dengan segala daya upaya, bukannya mengoreksi kesesatan ini, tetapi malah melegalisasi penyimpangan ini dengan mengatasnamakan Nabi Isa AS (Yesus). Pernyataan demi pernyataan mereka ciptakan lalu mereka suapkan ke mulut Yesus untuk diucapkan.

Perbuatan keji para pemimpin Gereja ini dijelaskan oleh John Davidson dalam bukunya The Gospel of Jesus (1995), hal.64:
"Crediting Jesus with the words that he never spoke is a caharacteristic not only of later New Testament manuscripts, but also of the earlier Christian literature, including the original gospels themselves"
(Menyuapkan ke mulut Yesus pernyataan-pernyataan yang tidak pernah dia ucapkan, merupakan ciri khas bukan hanya dalam salinan-salinan Kitab Perjanjian Baru, tetapi juga dalam buku-buku karangan para pemimpin Gereja terdahulu, termasuk naskah asli Injil-injil dalam Alkitab)

Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Robert Funk dan Roy W.Hoover dalam buku mereka The Five Gospels (1993),hal.23: "The evangelists frequently attribute their own statements to Jesus"
(Para penginjil sering menyuapkan pernyataan mereka ke mulut Yesus untuk diucapkan)
Inilah alam nyata Krsiten yang ada saat ini. Kebiasaan buruk ini telah dicela oleh Al Qur 'an sejak 15 abad yang lalu.

"Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Alkitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Alkitab, padahal ia bukan dari Alkitab dan mereka mengatakan: 'Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahuinya" (Ali Imran: 78)

Apa mereka tidak malu dengan Al Qur 'an? Apakah para jurkam Teologi Pluralis tidak malu dengan ayat Al Qur'an ini? Beranikah kita menyatakan bahwa yang dusta sama dengan yang tidak dusta? Beranikah kita mengangkat muka dihadapkan para sejarawan dan para Alkitab yang membeberkan kedustaan persoalan seperti ini. Umat Islam memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang besar untuk meluruskannya. Inilah salah satu tugas dakwah Islam.
"Ini (Al Qur'an) adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman" (Al A'raaf 7:2)
Setiap upaya untuk menutup-nutupi kebohongan dan kesesatan ini dengan mengatakan bahwa ajaran Kristen sama benarnya dengan ajaran Islam adalah tindakan dzalim yang tidak menaruh belas kasihan sedikitpun. Disamping itu, tindakan serupa dapat meyeret umat Islam yang sudah teguh imannya menjadi goyah dengan menganggap bahwa menyembah Allah sama benarnya dengan menyembah Yesus atau menyembah Allah ditambah dengan menyembah Yesus.

Dengan propaganda gencar yang dilakukan oleh Kelompok KIUK, bukannya mereka menolong umat Kristen keluar dari alam kegelapan iman, tetapi nampaknya mereka malah ikut berkomplot bersama para pemimpin Gereja, untuk membiarkan jemaat mereka terbenam dalam lumpur kemusyrikan.

Perbuatan yang tidak terpuji ini sangat dicela oleh DR Robert Funk, mantan Guru Besar Ilmu Perjanjian Baru di Harvard University yang dikutip oleh Russed Shorto dalam bukunya Gospel Truth:
"Jesus was nothing more than a man with a vision - for decades they (the scholars) have taught it to generation of priests and ministers, who do not pass it along to their flocks because they fear the backlash of anger. So the only ones left in the dark are ordinary Christians"
(Yesus hanyalah seorang manusia yang berpandangan luas - selama berpuluh-puluh tahun, mereka (para pakar Alkitab) telah mengajarkannya kepada para pastor dan pendeta yang pada gilirannya (para pastor dan pendeta ini) tidak menyampaikan kepada jemaat mereka karena takut didamprat. Oleh karena itu umat Kristianilah yang dibiarkan tetap berada dalam kegelapan)

Orang-orang yang berfikiran waras seharusnya menyadari hal ini. Apa yang mereka lakukan bukannya memberikan obat penawar, tetapi malah menebaran racun kemusyrikan. Mengatakan dan mengakui bahwa menyembah manusia Yesus sebagai Tuhan adalah sama benarnya dengan menyembah Allah sebagai Tuhan, merupakan tindakan yang sangat mengerikan.

"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam', padahal Al Masih sendiri berkata: 'Hai bani Israil, Sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu' sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun" (Al Maaidah 5:72)

"Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran" (An Naml 27:60)

Kekafiran orang-orang yang mempertuhankan Yesus ini bukan hanya pernyataan Al Qur'an. Hugh J Schonfield, nominator pemenang hadiah Nobel tahun 1959, mendukung pernyataan Al Qur'an di atas yang ditegaskannya dalam bukunya, The Passover Plot (1996), hal. 24:
"Jesus as much as any other Jew would have regarded ad blasphemous the menner in which he is depicted, for instance, in the fourth Gospel"
(Yesus sebagaimana orang-orang Yahudi lainnya akan mengkafirkan orang-orang yang menganggapnya sebagai (Tuhan) seperti (yang mereka artikan) dalam Injil Yohanes)
Memang kita menyadari bahwa dunia saat ini sedang mabuk dengan berbagai istilah-istilah persamaan, persaudaraan, cinta kasih, toleransi, pluralis, inklusif dan lain sebagainya.

Para penginjil berkeliling dunia mengumandangkan perlunya cinta kasih, perlunya mengatasi kemiskinan, perlunya menolong mereka yang sakit, perlunya toleransi dan lain lain. Namun mereka tidak sekalipun dalam hidup ini, mau membuktikan dengan jujur kepada jemaat bahwa selama ini mereka telah berdusta. Mereka tidak pernah mau mengungkapkan dengan jujur bahwa pertolongan dan bantuan yang mereka berikan ini, bukan sekedar bantuan cuma-cuma tetapi harus dibayar mahal dengan melepaskan agama yang haq ikut tercebur dalam kesesatan.

Kelicikan mereka ini diterangkan oleh Allah dalam Al Qur'an :
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah." (Q. S. Al Anfaal: 36)

Islam tidak mempersoalkan istilah apa saja yang ingin diperkenalkan. Silahkan! Tetapi Islam sangat berkepentingan dengan niat dan kejujuran.

Ketika seseorang berilusi atau bercita-cita untuk bersamaan, persaudaraan, cinta kasih, dan toleransi yang dilandasi oleh kejujuran lilahi taala, Islam tidak pernah melarang, malah mengajurkannya. Tetapi kalau usaha-usaha ini dilakukan untuk mencampur adukkan yang hak dan yang bathil, mengaburkan jalan yang lurus dan mempromosikan kesesatan, membenamkan kebenaran sejarah dan mendukung kepalsuan, tentu tidak bisa di toleransi, tetapi harus dilawan dengan tegas. Memerangi kemungkaran dan kesasatan adalah inti perjuangan Islam.

"Jika engkau melihat kemungkaran, robahlah dengan tanganmu, kalau tidak mampu, robahlah dengan lidahmu, dan kalau masih juga tidak mampu, robahlah dengan hatimu, walaupun ini adalah selemah-lemahnya iman." (Hadits)

Di sinilah peranan dakwah Islam untuk menunjukkan bukti-bukti yang haq dan yang bathil. Andaikata ajaran Kristen untuk menyembah Yesus sebagai Tuhan adalah benar, berarti ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang mengkafirkan mereka yang mempertuhankan Yesus, adalah ajaran yang salah, dan Nabi Muhammad SAW datang ke dunia ini sebagai pengacau (Nauzubillah). Tetapi kalau ajaran Kristen menyembah Yesus sebagai Tuhan adalah ajaran sesat, maka Nabi Muhammad benar-benar diutus ini antara lain untuk meluruskan kesesatan ajaran Kristen.

"Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesunggunya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira kepadamu dari pada-Nya." (Q. S. Huud:2)

Namun anehnya, pada saat umat Islam melakukan perlawanan terhadap upaya penyesatan dan pendangkalan akidah ini, mereka berteriak bahwa yang melakukan perlawanan ini adalah Islam Radikal!

Kalau umat Islam yang memerangi kemungkaran dan kebathilan yang ingin menyesatkan umat yang beriman disebut Islam Radikal, berarti Tuhan memerintahkan agar kita semua menjadi Islam Radikal! Jangankan nabi Isa as (Yesus), Nabi Musa AS sendiri kalau masih hidup saat ini akan memeluk agama Islam.

"Apakah engkau masih ragu wahai Ibnul Khattab? Bukankah aku telah membawa agama yang putih bersih? Sekiranya saudaraku Musa as hidup sekarang ini maka tidak ada keluasan bagiya kecuali mengikuti syariatku" (Hadits).

Pernyataan Rasulullah SAW ini sangat mirip dengan diagram agama-agama di dunia yang dibuat oleh Michael Baigent, Richard Leigh, dan Henry Lincoln dalam buku mereka The Messianic Legacy, (1986).

Memang kebathilan adakalanya sukar dideteksi, karena para pemimpin Gereja, terutama para penginjil, selalu berusaha sekuat tenaga untuk menutup-nutupinya, walaupun jauh dilubuk hati mereka, terjadi pertarungan antara kebenaran yang mereka sudah ketahui dan kesesatan yang mereka harus ucapkan di hadapan jemaat. Allah telah menetapkan garis demarkasi yang tegas antara yang haq dan yang bathil. Mencampuradukkan yang haq dan yang bathil, atau menganggap yang haq sama dengan yang bathil adalah perbuatan dzalim terhadap kemanusiaan.

"Dan janganlah kamu campur adukkan yang haq dan yang bathil, dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu ketahui." (Q. S. Al Baqarah: 42)

Islam tidak membutuhkan dolar untuk membuktikan kebenaran ajarannya, walaupun Gereja harus menyediakan jutaan dolar untuk menutupi kesesatan dan kepalsuan ajaran mereka. Oleh karena itu jangan heran kalau Gereja sangat membenci Al-Qur'an dan ajaran Islam, karena satu-satunya Kitab di muka bumi ini yang menjelaskan kesesatan ajaran Kristen dalam ratusan ayat-ayatnya hanyalah Al Qur'an.

Oleh karena itu, wahai umatku! Kalau saat ini kita menderita dan dicabik-cabik, ini hanyalah sekedar pengulangan peristiwa demi peristiwa dalam sejarah panjang kemusyrikan yang ingin memudarkan cahaya Al-Qur'an dan menghapuskan La Ilaha Ilallah dari muka bumi.

Memang sangat menyakitkan bagi mereka, bahwa pernyataan-pernyataan Al-Qur'an tentang kesesatan dan kepalsuan ajaran Kristen, bukan hanya tidak mampu mereka bantah, tetapi malah sebaliknya, para sejarawan, pakar Alkitab, termasuk sebagian tokoh-tokoh agama mereka sendiri, ikut mendukung pernyataan Al-Qur'an.

Kembalinya sedemikian banyak tokoh dunia dan ilmuwan internasional yang semula beragama Kristen ke pangkuan Islam, membuktikan bahwa ajaran Islam hadir untuk mengoreksi kesesatan ajaran Kristen serta memberikan solusi yang terbaik.

Jadi saya memaklumi kalau Gereja dan antek-anteknya saat ini gencar mempropagandakan Teologi Pluralis. Semua lini dan front harus mereka manfaatkan sebaik-baiknya untuk melumpuhkan Islam dan mamudarkan cahaya Al-Qur'an.

"Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai." (Q. S. At-Taubah: 32).

Bukankah pepatah pepatah yang bijak mengajarkan:
"If you can not beat them, join them"
(Kalau engkau tidak sanggup mengalahkan mereka, bersatulah dengan mereka)
dan wujud nyata dari upaya penyatuan Islam-Kristen ini adalah melalui siasat Teologi Pluralis.

"Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri, sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta." (Q. S. Al Baqarah: 9-10).

Oleh karena itu saya tidak dapat membayangkan ketika Allah mengajarkan kita berdoa :
"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni'mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai (Yahudi) dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (Kristen)." (Q. S. Al Fatihah: 6-7).

Masih saja ada yang punya nyali mengatakan bahwa Islam sama dengan Kristen, bahwa jalan yang lurus sama dengan jalan yang sesat!
(Seperti Kajian Utan Kayu, di Media Jawa Pos, pent)

Wahai umat Islam!


Andaikata ajaran Islam adalah ajaran yang sesat, dan ajaran Kristen adalah ajaran yang lurus, jangan pernah berharap bahwa Gereja dan antek-anteknya akan mempropagandakan Teologi Pluralis.

Sedangkan kita umat Islam berada di jalan yang lurus saja, mereka sudah berusaha memporakporandakan kita. Apalagi kalau ajaran yang kita anut adalah ajaran yang sesat. Pasti kita tidak akan pernah berjumpa dengan istilah Teologi Pluralis di dunia ini.

Sebelum mengakhiri tulisan ini perlu kiranya saya mengemukakan bahwa kalau saya menyatakan bahwa ajaran Kristen sesat dalam tulisan ini, tidak secuilpun kebencian yang melandasinya. Ini semata-mata kenyataan sejarah, yang diungkapkan Al-Qur'an sejak 15 abad yang lalu dan didukung hasil penelitian para sejarawan dan pakar Alkitab internasional.

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk membuka wawasan dalam memahami kedudukan agama Islam dan Kristen.

Kesimpulan


Setelah mengupas serba latar belakang kehadiran agama Islam dan Kristen di dunia ini, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan-penjelasan diatas adalah sebagai berikut :
Sesungguhnya agama semua nabi-nabi Allah adalah agama Islam.

Agama Islam dalam garis besarnya adalah sebagaimana yang didakwah oleh para nabi Allah yakni :

Beriman hanya kepada Allah.

Beramal saleh taat pada perintah Allah

Paulus menciptakan Agama Kristen yang menyimpang dan menyeleweng dari ajaran nabi Allah (Isa as atau Yesus) untuk kepentingan para penyembah berhala di Kerajaan Romawi.

Nabi muhammad dengan Al Qur'annya diutus ke dunia ini antara lain untuk meluruskan penyelewengan dan kesesatan agama Kristen yang dilakukan oleh Paulus dan pendukung-pendukungnya.

Allahu A'alam.
Oleh: Dr. Sanihu Munir MPH, Direktur Eksekutif Yayasan Mitra Centre Pusat Kendari

0 komentar:

Posting Komentar