ULIL keponakan Gus Dur (GD). Sang paman (GD) merupakan sosok yang sempurna untuk menjadi contoh konsepsi “bersatunya energi keshalihan dengan energi kemaksiatan” sekaligus.
Di kantor PBNU Kramat, khususnya di ruang kerjanya, Gus Dur mengelola ormas Islam bernama NU. Di tempat itu pula Gus Dur mengelola Aryanti dan makhluk sejenis itu.
Di kalangan NU ada seonggok Kiyai yang dijuluki Kiyai Pajero. Ia sehari-hari mengelola pesantren, berdakwah dan bimbingan haji. Pada suatu hari setelah bimbingan haji di sebuah hotel, Kiyai Pajero menelpon DW janda “pejuang priok” untuk datang, untuk ditiduri, setelah sebelumnya melakukan prosesi singkat “nikah sekejap” ala Pajero.
Dokter Umar Wahid, adiknya Gus Dur (berarti masih pamannya Ulil), pernah meminta Zarima membuat pengakuan palsu, bahwa anak yang dikandungnya itu adalah hasil perselingkuhan dengan Amien Rais.
Imbalannya, lima miliar rupiah.
Uang sebanyak itu akan digunakan untuk memfitnah Amien Rais demi membela sang kakak yang gemar berzinah. Zarima menolak. Artinya, Zarima yang bukan keturunan keluarga Kiyai itu ternyata akhlaqnya lebih baik dari Umar Wahid yang keturunan keluarga Kiyai.
Ketiga sosok di atas adalah organisme yang dapat menampung energi keshalihan dan energi kemaksiatan sekaligus.
Barangkali Ulil gemar menonton videoklip yang menayangkan wanita muda berjingkrak dengan busana seksi dengan dada terbuka, dan diantara dua buah dada yang mengintip bergelayutan seuntai kalung salib. Buah dada yang mengintip adalah energi kemaksiatan, sedangkan kalung salib adalah energi keshalihan.
Jadi bisa dimengerti mengapa dari kepala Ulil lahir hal-hal seperti itu.
0 komentar:
Posting Komentar