“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya)
mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau
orang-orang kafir membencinya.” (Q.S. Ash-Shaff 8).
Gerakan hashtag dibalas dengan gerakan hashtag, nampaknya itulah yang
tengah terjadi di jagat dunia maya. Adalah gerakan #IndonesiaTanpaJIL
yang dalam dua hari terakhir ini menjadi fenomena di dalam dunia yang
tidak sebenarnya itu. Facebook dan Twitter menjadi media masifnya
gerakan ini.
Dan apa yang terjadi sungguh mencengangkan, dalam dua hari antusiasme
pendukung gerakan ini bertambah secara signifikan. Dalam dua hari ini
di Facebook, penyuka fanpage gerakan #IndonesiaTanpaJIL sudah menyentuh
angka 7000. Begitu pula di jejaring sosial Twitter, sambut menyambut
“kicauan” tentang #IndonesiaTanpaJIL pun terjadi dengan ramainya. Hingga
tercipta beberapa akun resmi @TanpaJIL sebagai pengakomodasi gerakan
ini.
Jika selanjutnya ditanya tentang siapakah yang menjadi inisiator
gerakan ini, maka sesungguhnya tidaklah mudah untuk disimpulkan siapa
yang melempar bola panas ini. Spekulasi yang ada, gerakan
#IndonesiaTanpaJIL adalah bentuk balasan dari gerakan #IndonesiaTanpaFPI
yang sebelumnya dilontarkan ke jagat dunia maya sebagai bentuk
ketidak-sukaan akan kekerasan yang acapkali dilakukan oleh ormas yang
bernama FPI (Front Pembela Islam).
Saat gencar-gencarnya gerakan #IndonesiaTanpaFPI memang tidak bisa
lepas dari tangan-tangan aktivis Islam Liberal yang terlembagakan dalam
JIL (Jaringan Islam Liberal). Dari sanalah, kemudian keadaan berbalik
dan menjadikan JIL sebagai sasaran.
Penunjukkan JIL sebagai sasaran counter attack sekiranya tidak dapat
dipungkiri, mengingat berbagai tanggapan dan pendapat kontroversial
seperti dukungan terhadap pornografi dan pornoaksi atas argumentasi
kebebasan berekspresi, dukungan terhadap pernikahan beda agama,
meragukan kandungan kitab suci al-Qur’an, dan meragukan kerasulan
Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam. dilontarkan oleh para penggiatnya
seperti Ulil Abshar Abdalla, Musdah Mulia, M Luthfie Assyaukanie, dan
Nong D Mahmada yang membuat resah ummat Islam pada umumnya. Dan
nampaknya gerakan #IndonesiaTanpaJIL pun dapat dikatakan sebagai
kulminasi kekesalan ummat Islam dengan aktivitas meresahkan Jaringan
Islam Liberal.
Mengatasnamakan Islam sebagai argumentasi gerak Jaringan Islam
Liberal seakan melecehkan ummat Islam. Bagaimana tidak, tindak-tanduknya
di negara ini acapkali meresahkan dan menggoyahkan aqidah ummat Islam.
Dengan berdasar pada rasio, para penggiat Islam Liberal sampai-sampai
meragukan ayat-ayat Allah dan kemudian memberikan tafsiran bebas
seenakya saja. Mengutak-atik ayat untuk melegalkan kenikmatan dan
membenarkan nafsu.
Inilah sesungguhnya fenomena akhir zaman, ketika manusia sudah tidak
lagi percaya dengan kebenaran, dan selanjutnya berbuat kerusakan di muka
bumi. Begitu besar pengaruh dan kontribusi yang dihembuskan oleh para
pemikir Barat dalam tumbuh kembangnya virus Islam Liberal di Indonesia,
menjadikan virus ini mendapat perhatian khusus dari Negara Barat itu
sendiri. Itulah mengapa, JIL sebagai manifestasi dari gerakan perusakan
aqidah ummat Islam, memiliki bargaining position yang begitu kuat di
Indonesia yang notabene masih menganut dan berkiblat pada Barat.
Kemudian, gerakan ini pun semakin menemukan momentum tatkala seorang
public figure menyatakan sikap anti JIL dalam video berdurasi tidak
lebih dari 40 detik yang sudah tersebar di dunia maya. Adalah Fauzi
Baadilla (@fauzibaadilla), seorang public figure yang terkenal gaul dan
urakan berani dan tegas berpendapat bahwa Indonesia lebih baik tanpa
JIL.
Aksi yang terbilang berani ini seakan meruntuhkan stereotip yang ada
pada pemuda Indonesia yang di tampilkan begitu bebas tanpa norma,
menjadi pemuda yang teguh secara prinsip dan memiliki komitmen keyakinan
yang kuat walau secara tampilan fisik terlihat urakan. Fauzi Baadilla
dalam akun pribadi twitternya sempat menyatakan bangga bisa menyatakan
hal tersebut. Sempat pula Fauzi mengcounter secara pribadi salah satu
penggiat Islam Liberal. Dan sudah saatnya pemuda Indonesia berprinsip
dan bersikap.
Selanjutnya perlu dicermati bahwa sesungguhnya jauh sebelum gerakan
ini terlihat berkembang dengan masifnya, seorang pengamat dunia Islam
yang juga seorang penulis, Akmal Sjafril (@malakmalakmal), merilis satu
buah buku yang bertajuk Islam Liberal 101. Dalam Islam Liberal 101 yang
ditulis olehnya, dikupas berbagai fenomena pertumbuhan pemikiran dan
gagasan Islam Liberal di Indonesia. Tidak ketinggalan ulasan tentang
retorika-retorika yang digunakan penggiat Islam Liberal dalam
mengkampanyekan idenya. Dan dengan dirilisnya buku ini, semakin kuat
dasar gerakan #IndonesiaTanpaJIL yang saat ini tengah merebak.
Seakan gayung bersambut, gerakan #IndonesiaTanpaJIL semakin membesar.
Selain tokoh yang tersebutkan di awal, beberapa tokoh juga
berkontribusi meramaiakan gerakan #IndonesiaTanpaJIL. Tercatat seorang
aktivis gerakan (HTI) Hizbut Tahrir Indonesia yang berkontribui menelaah
dan memeberikan pandangan serta pengetahuan yang mendalam tentang
Liberalisme secara umum yang kemudian dikaitkan dengan keberadaan JIL di
Indonesia, beliau adalah Felix Siauw (@felixsiauw). Beliau juga dikenal
sebagai penulis buku Beyond The Inspiration dan Muhammad Al-Fatih 1453.
Dan “kicauan” sang pemerhati sejarah Islam ini di Twitter telah banyak
menjadi rujukan dalam meyakinkan penikmat Twitter untuk ikut serta dalam
gerakan. “Kicauan”nya sudah di retweet lebih dari seratus kali.
Lebih jauh, seorang rapper Islam yang dikenal konsisten dalam
menyuarakan syiar Islam dan penolakan terhadap kebathilan dalam syair
rap nya. Adalah Thufail Al-Ghifari (@MindResistance) yang juga
berkontribusi dalam gerakan #IndonesiaTanpaJIL. Dan sempat dalam akun
pribadinya menghimbau kepada seluruh aktivis LDK (Lembaga Dakwah Kampus)
agar menjadikan LDK sebagai tameng dan garda terdepan penangkal gerakan
Islam Liberal di kampus. Dan ini menjadi perhatian yang amat penting
sesungguhnya, karena dunia kampus adalah dunia yang begitu terbuka,
paham apapun dengan bebasnya dapat masuk mewarnai mahasiswa-mahasiswa
yang ada di kampus tersebut.
Walau tidak dapat dikatakan bahwa apa yang terjadi di dunia maya
adalah representasi dari suara rakyat Indonesia yang sebenarnya, akan
tetapi setidaknya benih-benih kesadaran bahwa organisasi penyebar
keresahan Ummat seperti JIL mulai muncul di tengah-tengah masyarakat
Indonesia yang sudah semakin melek jejaring sosial. Bermula dari dunia
maya, bukan tidak mungkin, ketika pada suatu saat gerakan ini akan
menjadi aksi nyata pembubaran organisasi yang bernama JIL. Dan itu
adalah sebaik-baiknya perlawanan.
Dan terakhir, kita diingatkan oleh Allah jangan sekali-kali melakukan
makar terhadap agama Allah, karena Allah sebaik-baik pemberi makar,
seperti dalam surat Ali-Imraan ayat 54 yang berbunyi : (Apabila)
mereka membuat makar (tipu daya), Allah membalas makar (tipu daya)
mereka. Dan Allah sebaik-baik pembalas makar (tipu daya).
Mari kawan, bergabunglah dalam kafilah pengeja kebenaran. Bersatu
lawan virus-virus SEPILIS yang kian menggerogoti. Serta sejenak untuk
hilangkan prasangka sesama muslim untuk bersatu melawan musuh-musuh
Islam yang hakiki. Mari buat Indonesia tersenyum tanpa Jaringan Islam
Liberal. Dan semoga Allah meridhoi langkah kita.
Jumat, 16 Maret 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar