Oleh: Dr. Sanihu Munir, MPH
(Direktur Eksekutif Moslem
Information & Training Centre Pusat Kendari)
Sudah sejak beberapa
waktu yang lalu saudara-saudaraku muslim dari berbagai daerah, terutamanya di
Pulau Jawa mempertanyakan kepada saya tentang pandangan-pandangan Islam liberal
yang dimotori oleh Komunitas Islam Utan Kayu (KIUK). Secara kebetulan pada hari
Ahad 6 Januari 2002 lalu di Harian Jawa Pos kelompok ini mengupas berbagai isu
yang berkaitan dengan Islam Radikal, Islam Liberal, Teologi Inklusif, Eksklusif,
dan Pluralis.
Setelah membaca kupasan dua penulis masing-masing Saudara
Budhy Munawar-Rachman dan Syafii Anwar, saya merasa perlu untuk
memberikan komentar atas tulisan mereka. Saudara Budhy mempertanyakan, "Adakah
dasar theologis yang diperlukan untuk suatu basis kerukunan hidup
beragama?"
Saudara Budhy, sejak Islam masuk ke Indonesia sekitar 800
tahun yang lalu, adakah masalah yang diciptakan oleh umat Islam di Indonesia
dalam hal kerukunan hidup beragama? Marilah kita sejenak menengok perjalanan
sejarah Indonesia. Apakah Islam yang hadir di Indonesia ini yang kemudian
menjadi besar dan mayoritas pernah mendzalimi dan membantai umat Kristen atau
umat Hindu karena mereka Kristen atau Hindu?
Bayangkan saudara Budhy, 350
tahun umat Islam Indonesia dijajah orang-orang Kristen Belanda, dan selama itu
pula para syuhada Muslim silih berganti datang dan pergi berjihad mengusir
penjajah Belanda dari bumi Indonesia tercinta. Sepengetahuan saya umat Islam
Indonesia tidak pernah melakukan balas dendam atas perlakuan orang-orang Kristen
Belanda dengan melampiaskannya kepada umat Kristen Indonesia walaupun agamanya
sama dengan penjajah.
Apakah dari contoh ini umat Islam tidak toleran?
Perhatikan bagaimana mayoritas umat Islam mengelola negeri ini. Adakah
salah satu kantor pemerintah yang melarang umat Kristen menjadi pegawainya?
Atau membatasi umat Kristen melaksanakan ibadah? Atau adakah salah satu Lembaga
Perguruan Tinggi Umum di Indonesia ini yang melarang umat Kristen mendaftar
masuk? Atau adakah suatu sistem baik terang-terangan atau terselubung yang
menganaktirikan, mendzalimi atau menindas mahasiswa Kristen? Apakah dari contoh
ini umat Islam tidak toleran?
Dalam bernegara, kita umat Islam di
Indonesia ini tidak memerlukan teori atau definisi yang muluk-muluk seperti
Teologi Pluralis, Teologi Inklusif atau Islam Liberal untuk bertoleransi.
Sesungguhnya pertanyaan yang perlu dan mendesak untuk dijawab adalah: "Mengapa
umat Islam Indonesia yang sedemikian santun dan lemah lembut selama lebih dari
800 tahun yang lalu, tiba-tiba menjadi garang?"
Saudara Budhy menyinggung
memudarnya kerukunan hidup beragama di Indonesia dengan mengambil contoh Maluku
(Ambon & Tobelo) serta Sulawesi Tengah (Poso). Saudara Budhy, mungkin
saudara tidak pernah melihat dengan mata kepala sendiri pembantaian umat Islam
di Ambon, Tobelo dan Poso. Saya sendiri pernah ikut serta mengungsikan sisa-sisa
pembantaian umat Islam dari Tobelo dan Galela pada tanggal 2 Januari 2000 yang
lalu.
Semua persoalan, baik di Ambon, Tobelo maupun Poso selalu diawali
dengan pembantaian yang dilakukan orang-orang Kristen terhadap umat Islam.
Mengapa ribuan umat Islam dibantai di setiap daerah kerusuhan?
Ini
karena umat Islam di daerah-daerah tersebut toleran, lugu dan penuh dengan
prasangka baik. Percayalah saudara Budhy, umat Islam baik di Ambon, Tobelo
maupun Poso tidak pernah membayangkan sedikitpun bahwa manusia ciptaan Tuhan
yang beragama Kristen di tiga daerah tersebut akan tega dan sampai hati
membantai saudara dan tetangga mereka, hanya gara-gara saudara dan tetangga
mereka tersebut beragama Islam.
Saudara tidak percaya? Silakan datang dan
wawancarai lebih 100.000 orang eksodus muslim pembantaian Ambon yang saat ini
mengungsi ke propinsi saya Sulawesi Tenggara.
Ketika mereka sedang
mensyukuri Lebaran Idul Fitri sesudah berpuasa selama sebulan penuh, tiba-tiba
mereka harus menghadapi kenyataan pahit yang sangat memilukan; harta benda
mereka musnah terbakar, nyawa mereka dan saudara mereka melayang. Bahkan saudara
dan anak gadis mereka harus mengalami pemerkosaan terlebih dahulu sebelum
dibantai.
Penyerang datang dengan persenjataan lengkap di bawah sistem
komando yang rapi. Bendera dan simbol-simbol yang ingin memecah belah keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dipegang dan diteriakkan di berbagai
tempat.
Dalam kebrutalan seperti ini, menurut saudara Budhy, toleransi
seperti apa yang harus diberikan dan kerukunan seperti apa yang harus
diperlihatkan oleh umat Islam?
Dalam Kitab Injil umat Kristen, Matius
5:39, Yesus mengajarkan: "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat
kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berikan juga kepadanya
pipi kirimu".
Namun apa yang terjadi? Orang-orang Kristiani yang tidak
putus-putusnya meneriakkan nama "Tuhan Yesus", bukannya tidak melawan karena
didzalimi umat Islam, tetapi malah sebaliknya membantai umat Islam yang tidak
pernah mengganggu mereka. Suatu tindakan yang benar-benar bertolak belakang
dengan ajaran orang yang mereka pertuhankan.
Lalu setelah mereka
membantai, memerangi dan mendzalimi umat Islam, apa yang harus dilakukan oleh
umat Islam? Bila umat Kristen keluar dari ajaran kasih dalam Alkitab serta
meninggalkan ajaran moral Yesus, tidak demikian dengan umat Islam. Sebagai umat
yang memiliki tuntunan, saudara-saudara Muslim lalu membuka Kitab Suci
Al-Qur'an.
Bila Al-Qur'an mengatakan: "Kasihilah orang yang membantaimu,
dan kalau ibu bapakmu dibantai, berikan lagi anak-anakmu", barangkali umat Islam
tidak bisa berbuat banyak. Namun hal ini tentu tidak mungkin terjadi, karena
ajaran Islam adalah ajaran yang sejalan dengan fitrah manusia. Jangankan
manusia, binatangpun bila dianiaya akan membalas. Lalu apa kata
Al-Qur'an?
"Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi
kamu, tetapi jangan kamu melampaui batas. Dan perangilah mereka sehingga tidak
ada fitnah lagi".(Al Baqarah:190-193)
Ini adalah perintah Allah yang
wajib dilaksanakan oleh setiap umat Islam menghadapi kedzaliman perbuatan fitnah
yang merusak.
Dalam negara yang namanya Indonesia, umat Islam menjalankan
peran ini dengan membayar pajak untuk menggaji polisi dan tentara, memerangi
mereka yang berbuat fitnah. Namun pada saat aparat keamanan yang sudah digaji
dengan uang pajak umat Islam tidak dapat berbuat apa-apa, atau malah ada yang
ikut serta berbuat fitnah dan aniaya, maka tugas memerangi fitnah terhadap umat
Islam otomatis kembali ke pundak umat Islam, ke pundak saya, ke pundak saudara
Budhy, saudara Syafii Anwar, malah ke pundak Cak Nur sekalipun.
Ingat,
umat Islam tidak memusuhi atau membenci umat Kristen, yang dibenci umat Islam
adalah kedzaliman dan fitnah terhadap umat manusia yang dilakukan oknum/kelompok
yang tidak bertanggung jawab.
Oleh karena itu saya sangat malu terhadap
Laskar Jihad dari berbagai daerah di Indonesia yang datang berbekal semangat
jihad fi sabilillah untuk melindungi dan menyelamatkan umat Islam di Maluku dan
Poso dari kepunahan. Mereka dengan gagah berani mengambil alih tugas yang
dibebankan Allah Ta’ala ke pundakku, ke pundak saudara Budhy, Syafii Anwar, Cak
Nur dan lain-lain.
Ketika kita sibuk berteori membahas Islam Liberal,
Islam Radikal, Teologi Inklusif, Eksklusif dan Pluralis di ruang ber-AC dengan
segepok honor yang akhirnya tidak memberikan arti apa-apa untuk menyelamatkan
mereka yang berdarah-darah di Maluku, Laskar Jihad justru langsung meninggalkan
hangatnya pelukan istri dan kebahagiaan bersama anak-anak tercinta. Mereka
terjun menyabung nyawa, mengambil alih tugas yang ada di pundak umat Islam, di
pundak kita yang tidak sempat ke sana.
Saya heran dengan pernyataan
kritik saudara Syafii Anwar, yang kewajibannya membela umat Islam yang dianiaya
dan dibantai di Maluku, dengan ikhlas diambil alih oleh Laskar Jihad. "Sekarang
ini, ada satu berita yang berkembang bahwa kelompok Laskar Jihad di Ambon dan
Poso, misalnya menggunakan kekerasan untuk melawan orang-orang
Kristen".
Saudara Syafii, pernyataan saudara ini dapat menyesatkan
pembaca. Saudara mengatakan bahwa Laskar Jihad menggunakan kekerasan untuk
melawan orang-orang Kristen. Ini tidak benar! Walaupun kami umat Islam, termasuk
Laskar Jihad - tetapi tidak termasuk saudara-saudara dari KIUK- mengetahui bahwa
ajaran Kristen itu sesat, tetapi jelas Laskar Jihad tidak memusuhi atau membenci
orang-orang Kristen, tetapi kedzaliman dan kemungkaran.
Andaikata Laskar
Jihad ingin melakukan kekerasan terhadap umat Kristen, mengapa mereka harus
susah-susah pergi ke Ambon? Di daratan Jawa saja ada jutaan orang-orang Kristen.
Namun orang-orang Kristen yang ada di Jawa umumnya tidak membuat kemungkaran dan
kedzaliman terhadap umat Islam seperti yang kita saksikan di Ambon, Tobelo dan
Poso. Jadi sekali lagi, Laskar Jihad ke Maluku dan Poso bukan untuk mencari dan
memerangi umat Kristen. Mereka kesana untuk melindungi umat Islam yang didzalimi
dan dibantai orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang kebetulan beragama
Kristen.
Al-Qur'an dan terjemahannya terbitan Madinah tahun 1413 H, pada
catatan kakinya No. 117 hal. 46 tentang kata "fitnah" menjelaskannya sebagai;
menimbulkan kekacauan, seperti mengusir sahabat dari kampung halamannya,
merampas harta mereka dan menyakitinya.
Nah, ketika fitnah terjadi maka
umat Islam berkewajiban untuk memeranginya. Resiko perang adalah melumpuhkan
atau dilumpuhkan, sampai fitnah berhenti. Adakah pertempuran yang tidak
keras?
Sesungguhnya persoalannya tidak akan serumit saat ini andaikata
aparat keamanan bertindak cepat dan tegas. Namun sampai pun dalang kerusuhan
sudah diketahui malah membuat pernyataan-pernyataan yang ingin mencabik-cabik
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, aparat keamanan tidak
bertindak.
Andaikata Laskar Jihad tidak turun tangan langsung, mungkin
umat Islam di Ambon tinggal nama dan kenangan. Buktinya di Tobelo umat Islam
nyaris punah setelah sekitar 4000-an dibantai secara sadis. Jadi saya tidak
habis pikir ketika saudara Syafii Anwar menyatakan:
"Menurut saya, kalau
kita menggunakan kekerasan, kita justru melakukan distorsi terhadap ajaran
Islam".
Saudara Syafii! Tentu saudara sudah membaca Al-Qur'an. Ajaran
Islam itu tidak semuanya lembut. Bila semuanya lembut, itu tidak Islami.
Kekerasan bukanlah distorsi dalam Islam, tetapi merupakan titik lain dari
kontinum lembut-keras dalam Islam. Dan ini alami. Perhatikan firman Allah
berikut ini (yang artinya):
"Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang mukmin, yang
bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah". (Al
Maidah:54).
Ini persis seperti apa yang dilakukan seluruh umat manusia
di dunia. Lihat apa yang dilakukan polisi di manapun di dunia. Mereka lemah
lembut terhadap rakyat yang taat, namun bertindak keras dan tegas terhadap para
pembuat kejahatan. Jadi saudara Syafii Anwar yang tidak sempat ke Ambon untuk
mengemban tugas dari Allah melindungi umat Islam yang didzalimi, harap tidak
menghujat Laskar Jihad dengan menuduh mereka telah melakukan distorsi terhadap
ajaran Islam. Malah justru mereka telah memperlihatkan diri sebagai seorang
Muslim yang bertanggung jawab dan taat pada perintah Allah. Mereka pun
memperlihatkan diri sebagai warga negara yang baik dengan berusaha melumpuhkan
mereka yang ingin mencabik-cabik keutuhan NKRI.
Diakhir tulisannya
saudara Syafii menyatakan: "Apalagi dengan kekalahan Taliban seperti sekarang
ini. Tidak ada yang bisa dijadikan model lagi".
Saudara Syafii, umat
Islam itu punya harga diri, punya martabat dan punya nilai yang perlu
dipertahankan. Nilai-nilai ini sesungguhnya adalah nilai yang universal. Nilai
yang dirasakan oleh mereka yang tertindas dan tereksploitasi tanpa memperdulikan
golongan agama, ras dan lain-lain.
Betapa banyak negara di dunia ini yang
menjadi sapi perahan IMF. Bukannya ekonomi membaik, tetapi malah terus terpuruk
dalam hutang yang tiada berujung termasuk Indonesia.
Bagaimana Amerika
dan antek-anteknya memusuhi Islam dengan menyatakan Islam sebagai musuh nomor
satu setelah rontoknya Uni Soviet, sementara umat Islam tidak memusuhi Amerika.
Secara sistematis mereka merusak citra Islam melalui berbagai media. Mereka
mendzalimi umat Islam di Palestina dengan terus menerus mendukung tindakan
brutal Israel.
Ketika kesombongan dan perbudakan ini merajalela, siapa
di dunia orang-orang tertindas ini yang punya nyali untuk "menegur" Amerika
Serikat? Ternyata beberapa orang dengan gagah berani pada tanggal 11 September
2001 yang lalu "menjewer" Amerika agar menyadari kesombongannya.
Jadi
kalau Taliban melakukan tindakan "menjewer" Amerika, andaikata benar-benar
dibuktikan bahwa Taliban yang melakukannya, bukan berarti bahwa Taliban adalah
model untuk Islam radikal, tetapi sekedar mewakili orang-orang tertindas di
dunia ini yang tidak punya nyali untuk bersuara, apalagi berbuat.
Muslim
yang baik tidak harus menjadikan Taliban sebagai model, karena dalam Islam model
itu sudah ada.
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu". (Al Ahzab:21)
Model yang terbaik ini terangkum
dalam tiga sifat :
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman
kepada Allah". (Ali Imran:110)
Dengan ayat-ayat ini umat Islam sudah
memiliki model yang baku untuk berfikir, berakhlak, bersikap, bertingkah laku
dan bertindak.
Oleh karena itu Taliban sendiri, belum tentu memerankan
model yang diinginkan Al Qur'an secara benar. Ketiga sifat diatas adalah
universal dan alami. Saya kira tidak seorangpun manusia waras di muka bumi ini
yang menolak kriteria sifat-sifat baik diatas.
Ketika seorang Laskar
Jihad, seorang polisi, seorang ayah, atau seorang hakim ingin menerapkan
sifat-sifat baik diatas, maka berlakulah tindakan-tindakan yang bergerak dalam
kontinum lembut-keras. Perhatikan salah satu contoh tindakan dalam kontinum
lemah-lembut, sebagaimana diajarkan Rasulullah:
"Manakala engkau melihat
kemungkaran, perbaikilah dengan tanganmu, kalau tidak sanggup, perbaikilah
dengan hatimu, dan kalaupun ini kamu tidak sanggupi, robahlah dengan hatimu;
walaupun ini adalah selemah-lemahnya Iman".
Makanya di dunia ini ada
penjara. Makanya polisi dan tentara dibekali bedil, supaya mereka yang tidak
bisa dinasehati dan diperbaiki, bisa saja di "dor". Ini Islami!! Mana ada
perampok atau pemerkosa yang disambut dengan kalungan bunga dan pesta pora. Ini
ajaran sinting!
Dalam tulisan di bawah subjudul Teologi Eksklusif atau
Teologi Pluralis, Saudara Budhy menyitir pendapat Ajith Fernando yang
menjelaskan bahwa doktrin eksklusifitas agama berprinsip bahwa agama sayalah
yang paling benar, agama lain sesat dan menyesatkan.
Tetapi, Saudara
Budhy, rupanya Teologi Eksklusif yang Saudara kemukakan ini sudah ketinggalan
zaman. Berikut ini saya akan kutipkan beberapa pendapat pakar sejarah dan teolog
Kristen.
1. Uskup John Shelby Spong dalam bukunya Why Christianity Must
Change or Die (1998). (Mengapa agama Kristen Harus Berubah (keimanannya) atau
akan Mati).
"Kita harus membebaskan Yesus dari kedudukannya sebagai
Jurusalamat…Ajaran ini harus dicabut dan dibuang"
2. Reverend DR Charles
Francis Potter dalam bukunya The Lost Years of Jesus Revealed
(1992).
"Para pemuka agama Kristen tidak dapat dimaafkan untuk
(mempertuhankan Yesus) dengan memanfaatkan keterbatasan… berfikir orang-orang
Palestina 2000 tahun yang lalu"
3. John Davidson dalam bukunya The Gospel
of Jesus (1995).
"Barangkali kita (umat Kristen) telah tersesat selama
2000 tahun"
Ketiga contoh diatas memperlihatkan bahwa ketiga pakar di
atas bukannya mengatakan bahwa agama mereka, Kristen, adalah agama yang paling
benar, tetapi malah sebaliknya mengakui bahwa agama mereka ternyata adalah agama
yang salah dan menyesatkan.
Selanjutnya saudara mengutip Karl Rahner
tentang Teologi Inklusif yang sekarang mulai dianut oleh Vatikan: "Agama lain
adalah bentuk implisit dari agama kita". Hal ini tidak berlaku untuk agama Islam
dan Kristen sebagaimana yang dibeberkan oleh Pakar sejarah Max I. Dimont dalam
bukunya Jews, God and History (1994).
"Pemisahan antara Kristen dan
Yahudi terjadi setelah tahun 50-an, setelah sekte Kristen dibawa ke penyembahan
berhala dan menjadikannya agama dunia"
Dari pernyataan Max I. Dimont
ini, jelas terlihat bahwa Islam sebagai agama wahyu bukan merupakan bentuk
implisit dari agama dunia (Kristen).
Demikian pula ketika saudara
mengutip John Hick dan John B. Cobb Jr. yang mengatakan bahwa "Agama
berbeda-beda tetapi semuanya benar", ini dibantah kembali oleh John Shelby Spong
dalam bukunya Rescuing the Bible from Fundamentalism (1991) dengan
mengatakan:
"Dia (Paulus) tidak menulis firman Allah. Yang dia tulis
adalah kata-katanya sendiri yang khusus, penuh keterbatasan serta memiliki
berbagai kelemahan sebagai ciri seorang manusia"
Saudara Budhy, saya
heran dengan pandangan saudara! Ketika para pakar teolog Kristen mengakui bahwa
agama Kristen berbeda dengan Islam karena Kristen adalah penyimpangan dari
ajaran Yesus yang diselewengkan oleh Paulus, sementara Islam mengikuti ajaran
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , kok malah saudara ngotot bahwa
Islam sama saja dengan Kristen.
Oleh karena itu, ketika saudara mengutip
ayat-ayat Kitab Suci Al Qur'an, saya sangat berkepentingan untuk meluruskannya.
Kalau tidak, umat Muslim dapat saja tergelincir dalam
kemusyrikan.
Saudara mengutip Al Qur'an surat Ali Imran:19, yang artinya:
"Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam". Lalu
kemudian mengutip surat Ali Imran :85 yang artinya:
"Barangsiapa mencari
agama selain agama Islam, sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) dari
padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi".
Dengan
ayat-ayat ini saudara menuduh umat Islam berpikir eksklusif bahwa agama Kristen
tidak termasuk agama yang diterima dan diridhai Allah. Lalu Saudara mengajukan
penafsiran inklusif sebagai penafsiran yang "lebih baik dan benar" untuk
memasukkan agama Kristen sebagai agama yang juga diterima dan diridhai Allah
karena menurut saudara merekapun pasrah sepenuhnya (kepada Allah).
Namun
sebelum semuanya kita terima atau kita tolak, baiklah kita tengok definisi
saudara setelah diterapkan pada agama Islam dan Kristen. Islam = berserah diri
sepenuhnya kepada Allah SWT sebagai Tuhan dan Juru Selamat.
Kristen =
berserah diri sepenuhnya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juru
Selamat.
Saudara Budhy, dari definisi Saudara sendiri, ternyata Islam
tidak sama dengan Kristen. Masih kabur? Camkanlah pernyataan sejarawan Edward
Gibbon dalam bukunya The Decline and Fall of the Roman Empire ( 1974), hal
656.
"Namun Yesus hanyalah manusia biasa, dan di hari kiamat (nanti),
kesaksiannya akan mengutuk baik umat Yahudi yang menolak kerasulannya, maupun
umat Kristen yang menyembahnya sebagai Anak Allah"
Ketika manusia di
permukaan bumi dicekoki dengan penyembahan kepada berhala-berhala selain
Allah, maka sudah saatnya Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam untuk meluruskan kembali Jalan Lurus yang dibengkokkan Paulus dan para
pendukung-pendukungnya.
"Yaitu orang-orang yang menghalang-halangi
manusia dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan itu menjadi bengkok".(Al
A'raaf :45)
Untuk inilah kita diperintahkan Allah untuk menjalankan
dakwah, mengeluarkan umat Kristen dari kesesatan dan kegelapan, akibat perbuatan
para pemimpin mereka yang menyeret serta membiarkan mereka berada dalam lembah
kegelapan.
"Katakanlah: 'Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi
dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi
bengkok padahal kamu menyaksikan?" (Ali Imran:99) (#)
Sabtu, 10 Maret 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar