Pages

Sabtu, 10 Maret 2012

Koreksi Terhadap Kelompok Kajian Utan Kayu (Islam Liberal)

Oleh: Dr. Sanihu Munir, MPH
(Direktur Eksekutif Moslem Information & Training Centre Pusat Kendari)

Sudah sejak beberapa waktu yang lalu saudara-saudaraku muslim dari berbagai daerah, terutamanya di Pulau Jawa mempertanyakan kepada saya tentang pandangan-pandangan Islam liberal yang dimotori oleh Komunitas Islam Utan Kayu (KIUK). Secara kebetulan pada hari Ahad 6 Januari 2002 lalu di Harian Jawa Pos kelompok ini mengupas berbagai isu yang berkaitan dengan Islam Radikal, Islam Liberal, Teologi Inklusif, Eksklusif, dan Pluralis.

Setelah membaca kupasan dua penulis masing-masing Saudara Budhy Munawar-Rachman dan Syafii Anwar, saya merasa perlu untuk memberikan komentar atas tulisan mereka. Saudara Budhy mempertanyakan, "Adakah dasar theologis yang diperlukan untuk suatu basis kerukunan hidup beragama?"

Saudara Budhy, sejak Islam masuk ke Indonesia sekitar 800 tahun yang lalu, adakah masalah yang diciptakan oleh umat Islam di Indonesia dalam hal kerukunan hidup beragama? Marilah kita sejenak menengok perjalanan sejarah Indonesia. Apakah Islam yang hadir di Indonesia ini yang kemudian menjadi besar dan mayoritas pernah mendzalimi dan membantai umat Kristen atau umat Hindu karena mereka Kristen atau Hindu?

Bayangkan saudara Budhy, 350 tahun umat Islam Indonesia dijajah orang-orang Kristen Belanda, dan selama itu pula para syuhada Muslim silih berganti datang dan pergi berjihad mengusir penjajah Belanda dari bumi Indonesia tercinta. Sepengetahuan saya umat Islam Indonesia tidak pernah melakukan balas dendam atas perlakuan orang-orang Kristen Belanda dengan melampiaskannya kepada umat Kristen Indonesia walaupun agamanya sama dengan penjajah.

Apakah dari contoh ini umat Islam tidak toleran?

Perhatikan bagaimana mayoritas umat Islam mengelola negeri ini. Adakah salah satu kantor pemerin­tah yang melarang umat Kristen menjadi pegawainya? Atau memba­tasi umat Kristen melaksanakan ibadah? Atau adakah salah satu Lembaga Perguruan Tinggi Umum di Indonesia ini yang melarang umat Kristen mendaftar masuk? Atau adakah suatu sistem baik terang-terangan atau terselubung yang menganaktirikan, mendzalimi atau menindas mahasiswa Kristen? Apakah dari contoh ini umat Islam tidak toleran?

Dalam bernegara, kita umat Islam di Indonesia ini tidak memerlukan teori atau definisi yang muluk-muluk seperti Teologi Pluralis, Teologi Inklusif atau Islam Liberal untuk bertoleransi. Sesungguhnya pertanyaan yang perlu dan mendesak untuk dijawab adalah: "Mengapa umat Islam Indonesia yang sedemikian santun dan lemah lembut selama lebih dari 800 tahun yang lalu, tiba-tiba menjadi garang?"

Saudara Budhy menyinggung memudarnya kerukunan hidup beragama di Indonesia dengan mengambil contoh Maluku (Ambon & Tobelo) serta Sulawesi Tengah (Poso). Saudara Budhy, mungkin saudara tidak pernah melihat dengan mata kepala sendiri pembantaian umat Islam di Ambon, Tobelo dan Poso. Saya sendiri pernah ikut serta mengungsikan sisa-sisa pembantaian umat Islam dari Tobelo dan Galela pada tanggal 2 Januari 2000 yang lalu.

Semua persoalan, baik di Ambon, Tobelo maupun Poso selalu diawali dengan pembantaian yang dilakukan orang-orang Kristen terhadap umat Islam. Mengapa ribuan umat Islam dibantai di setiap daerah kerusuhan?

Ini karena umat Islam di daerah-daerah tersebut toleran, lugu dan penuh dengan prasang­ka baik. Percayalah saudara Budhy, umat Islam baik di Ambon, Tobelo maupun Poso tidak pernah memba­yang­kan sedikitpun bahwa manusia ciptaan Tuhan yang beragama Kristen di tiga daerah tersebut akan tega dan sampai hati membantai saudara dan tetangga mereka, hanya gara-gara saudara dan tetangga mereka tersebut beragama Islam.

Saudara tidak percaya? Silakan datang dan wawancarai lebih 100.000 orang eksodus muslim pembantaian Ambon yang saat ini mengungsi ke propinsi saya Sulawesi Tenggara.

Ketika mereka sedang mensyukuri Lebaran Idul Fitri sesudah berpuasa selama sebulan penuh, tiba-tiba mereka harus menghadapi kenyataan pahit yang sangat memi­lu­kan; harta benda mereka musnah terbakar, nyawa mereka dan saudara mereka melayang. Bahkan saudara dan anak gadis mereka harus mengalami pemerkosaan terlebih dahulu sebelum dibantai.

Penyerang datang dengan persenjataan lengkap di bawah sistem komando yang rapi. Bendera dan simbol-simbol yang ingin memecah belah keutuhan Negara Kesa­tuan Republik Indonesia dipegang dan diteriakkan di berbagai tempat.

Dalam kebrutalan seperti ini, menurut saudara Budhy, toleransi seperti apa yang harus diberikan dan kerukunan seperti apa yang harus diperlihatkan oleh umat Islam?

Dalam Kitab Injil umat Kristen, Matius 5:39, Yesus mengajarkan: "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berikan juga kepadanya pipi kirimu".

Namun apa yang terjadi? Orang-orang Kristiani yang tidak putus-putusnya meneriakkan nama "Tuhan Yesus", bukannya tidak melawan karena didzalimi umat Islam, tetapi malah sebaliknya memban­tai umat Islam yang tidak pernah mengganggu mereka. Suatu tindakan yang benar-benar bertolak belakang dengan ajaran orang yang mereka pertuhankan.

Lalu setelah mereka membantai, memerangi dan mendzalimi umat Islam, apa yang harus dilakukan oleh umat Islam? Bila umat Kristen keluar dari ajaran kasih dalam Alkitab serta meninggalkan ajaran moral Yesus, tidak demikian dengan umat Islam. Sebagai umat yang memiliki tuntunan, saudara-saudara Muslim lalu membuka Kitab Suci Al-Qur'an.

Bila Al-Qur'an mengatakan: "Kasihilah orang yang membantaimu, dan kalau ibu bapakmu dibantai, berikan lagi anak-anakmu", barangkali umat Islam tidak bisa berbuat banyak. Namun hal ini tentu tidak mungkin terjadi, karena ajaran Islam adalah ajaran yang seja­lan dengan fitrah manusia. Jangankan manusia, binatangpun bila dianiaya akan membalas. Lalu apa kata Al-Qur'an?

"Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan kamu melampaui batas. Dan perangilah mereka sehingga tidak ada fitnah lagi".(Al Baqarah:190-193)

Ini adalah perintah Allah yang wajib dilaksanakan oleh setiap umat Islam menghadapi kedzaliman perbuatan fitnah yang merusak.

Dalam negara yang namanya Indonesia, umat Islam menjalankan peran ini dengan membayar pajak untuk menggaji polisi dan tentara, memerangi mereka yang berbuat fitnah. Namun pada saat aparat keamanan yang sudah digaji dengan uang pajak umat Islam tidak dapat berbuat apa-apa, atau malah ada yang ikut serta berbuat fitnah dan aniaya, maka tugas memerangi fitnah terhadap umat Islam otomatis kembali ke pundak umat Islam, ke pundak saya, ke pundak saudara Budhy, saudara Syafii Anwar, malah ke pundak Cak Nur sekalipun.

Ingat, umat Islam tidak memusuhi atau membenci umat Kristen, yang dibenci umat Islam adalah kedzaliman dan fitnah terhadap umat manusia yang dilakukan oknum/kelompok yang tidak bertanggung jawab.

Oleh karena itu saya sangat malu terhadap Laskar Jihad dari berbagai daerah di Indonesia yang datang berbekal semangat jihad fi sabilillah untuk melindungi dan menyelamatkan umat Islam di Maluku dan Poso dari kepunahan. Mereka dengan gagah berani mengambil alih tugas yang dibebankan Allah Ta’ala ke pundakku, ke pundak saudara Budhy, Syafii Anwar, Cak Nur dan lain-lain.

Ketika kita sibuk berteori membahas Islam Liberal, Islam Radikal, Teologi Inklusif, Eksklusif dan Pluralis di ruang ber-AC dengan segepok honor yang akhirnya tidak memberikan arti apa-apa untuk menyelamatkan mereka yang berdarah-darah di Maluku, Laskar Jihad justru langsung meninggalkan hangatnya pelukan istri dan kebahagiaan bersama anak-anak tercinta. Mereka terjun menyabung nyawa, mengambil alih tugas yang ada di pundak umat Islam, di pundak kita yang tidak sempat ke sana.

Saya heran dengan pernyataan kritik saudara Syafii Anwar, yang kewajibannya membela umat Islam yang dianiaya dan dibantai di Maluku, dengan ikhlas diambil alih oleh Laskar Jihad. "Sekarang ini, ada satu berita yang berkembang bahwa kelompok Laskar Jihad di Ambon dan Poso, misalnya menggunakan kekerasan untuk melawan orang-orang Kristen".

Saudara Syafii, pernyataan saudara ini dapat menyesatkan pembaca. Saudara mengatakan bahwa Laskar Jihad menggunakan kekerasan untuk melawan orang-orang Kristen. Ini tidak benar! Walaupun kami umat Islam, termasuk Laskar Jihad - tetapi tidak termasuk saudara-saudara dari KIUK- mengetahui bahwa ajaran Kristen itu sesat, tetapi jelas Laskar Jihad tidak memusuhi atau membenci orang-orang Kristen, tetapi kedzaliman dan kemungkaran.

Andaikata Laskar Jihad ingin melakukan kekerasan terhadap umat Kristen, mengapa mereka harus susah-susah pergi ke Ambon? Di daratan Jawa saja ada jutaan orang-orang Kristen. Namun orang-orang Kristen yang ada di Jawa umumnya tidak membuat kemungkaran dan kedzaliman terhadap umat Islam seperti yang kita saksikan di Ambon, Tobelo dan Poso. Jadi sekali lagi, Laskar Jihad ke Maluku dan Poso bukan untuk mencari dan memerangi umat Kristen. Mereka kesana untuk melindungi umat Islam yang didzalimi dan dibantai orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang kebetulan beragama Kristen.

Al-Qur'an dan terjemahannya terbitan Madinah tahun 1413 H, pada catatan kakinya No. 117 hal. 46 tentang kata "fitnah" menjelaskannya sebagai; menimbulkan kekacauan, seperti mengusir sahabat dari kampung halamannya, merampas harta mereka dan menyakitinya.

Nah, ketika fitnah terjadi maka umat Islam berkewajiban untuk memeranginya. Resiko perang adalah melumpuhkan atau dilumpuhkan, sampai fitnah berhenti. Adakah pertempuran yang tidak keras?

Sesungguhnya persoalannya tidak akan serumit saat ini andaikata aparat keamanan bertindak cepat dan tegas. Namun sampai pun dalang kerusuhan sudah diketahui malah membuat pernyataan-pernyataan yang ingin mencabik-cabik keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, aparat keamanan tidak bertindak.

Andaikata Laskar Jihad tidak turun tangan langsung, mungkin umat Islam di Ambon tinggal nama dan kenangan. Buktinya di Tobelo umat Islam nyaris punah setelah sekitar 4000-an dibantai secara sadis. Jadi saya tidak habis pikir ketika saudara Syafii Anwar menyatakan:

"Menurut saya, kalau kita menggunakan kekerasan, kita justru melakukan distorsi terhadap ajaran Islam".

Saudara Syafii! Tentu saudara sudah membaca Al-Qur'an. Ajaran Islam itu tidak semuanya lembut. Bila semuanya lembut, itu tidak Islami. Kekerasan bukanlah distorsi dalam Islam, tetapi merupakan titik lain dari kontinum lembut-keras dalam Islam. Dan ini alami. Perhatikan firman Allah berikut ini (yang artinya):

"Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah". (Al Maidah:54).

Ini persis seperti apa yang dilakukan seluruh umat manusia di dunia. Lihat apa yang dilakukan polisi di manapun di dunia. Mereka lemah lembut terhadap rakyat yang taat, namun bertindak keras dan tegas terhadap para pembuat kejahatan. Jadi saudara Syafii Anwar yang tidak sempat ke Ambon untuk mengemban tugas dari Allah melindungi umat Islam yang didzalimi, harap tidak menghujat Laskar Jihad dengan menuduh mereka telah melakukan distorsi terhadap ajaran Islam. Malah justru mereka telah memperlihatkan diri sebagai seorang Muslim yang bertanggung jawab dan taat pada perintah Allah. Mereka pun memperlihatkan diri sebagai warga negara yang baik dengan berusaha melumpuhkan mereka yang ingin mencabik-cabik keutuhan NKRI.

Diakhir tulisannya saudara Syafii menyatakan: "Apalagi dengan kekalahan Taliban seperti sekarang ini. Tidak ada yang bisa dijadikan model lagi".

Saudara Syafii, umat Islam itu punya harga diri, punya martabat dan punya nilai yang perlu dipertahankan. Nilai-nilai ini sesungguhnya adalah nilai yang universal. Nilai yang dirasakan oleh mereka yang tertindas dan tereksploitasi tanpa memperdulikan golongan agama, ras dan lain-lain.

Betapa banyak negara di dunia ini yang menjadi sapi perahan IMF. Bukannya ekonomi membaik, tetapi malah terus terpuruk dalam hutang yang tiada berujung termasuk Indonesia.

Bagaimana Amerika dan antek-anteknya memusuhi Islam dengan menyatakan Islam sebagai musuh nomor satu setelah rontoknya Uni Soviet, sementara umat Islam tidak memusuhi Amerika. Secara sistematis mereka merusak citra Islam melalui berbagai media. Mereka mendzalimi umat Islam di Palestina dengan terus menerus mendukung tindakan brutal Israel.

Ketika kesombongan dan perbudakan ini merajalela, siapa di dunia orang-orang tertindas ini yang punya nyali untuk "menegur" Amerika Serikat? Ternyata beberapa orang dengan gagah berani pada tanggal 11 September 2001 yang lalu "menjewer" Amerika agar menyadari kesombongannya.

Jadi kalau Taliban melakukan tindakan "menjewer" Amerika, andaikata benar-benar dibuktikan bahwa Taliban yang melakukan­nya, bukan berarti bahwa Taliban adalah model untuk Islam radikal, tetapi sekedar mewakili orang-orang tertindas di dunia ini yang tidak punya nyali untuk bersuara, apalagi berbuat.

Muslim yang baik tidak harus menjadikan Taliban sebagai model, karena dalam Islam model itu sudah ada.

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu". (Al Ahzab:21)

Model yang terbaik ini terangkum dalam tiga sifat :

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah". (Ali Imran:110)

Dengan ayat-ayat ini umat Islam sudah memiliki model yang baku untuk berfikir, berakhlak, bersikap, bertingkah laku dan bertindak.

Oleh karena itu Taliban sendiri, belum tentu memerankan model yang diinginkan Al Qur'an secara benar. Ketiga sifat diatas adalah universal dan alami. Saya kira tidak seorangpun manusia waras di muka bumi ini yang menolak kriteria sifat-sifat baik diatas.

Ketika seorang Laskar Jihad, seorang polisi, seorang ayah, atau seorang hakim ingin menerapkan sifat-sifat baik diatas, maka berlakulah tindakan-tindakan yang bergerak dalam kontinum lembut-keras. Perhatikan salah satu contoh tindakan dalam kontinum lemah-lembut, sebagaimana diajarkan Rasulullah:

"Manakala engkau melihat kemungkaran, perbaikilah dengan tanganmu, kalau tidak sanggup, perbaikilah dengan hatimu, dan kalaupun ini kamu tidak sanggupi, robahlah dengan hatimu; walaupun ini adalah selemah-lemahnya Iman".

Makanya di dunia ini ada penjara. Makanya polisi dan tentara dibekali bedil, supaya mereka yang tidak bisa dinasehati dan diperbaiki, bisa saja di "dor". Ini Islami!! Mana ada perampok atau pemerkosa yang disambut dengan kalungan bunga dan pesta pora. Ini ajaran sinting!

Dalam tulisan di bawah subjudul Teologi Eksklusif atau Teologi Pluralis, Saudara Budhy menyitir pendapat Ajith Fernando yang menjelaskan bahwa doktrin eksklusifitas agama berprinsip bahwa agama sayalah yang paling benar, agama lain sesat dan menyesatkan.

Tetapi, Saudara Budhy, rupanya Teologi Eksklusif yang Saudara kemukakan ini sudah ketinggalan zaman. Berikut ini saya akan kutipkan beberapa pendapat pakar sejarah dan teolog Kristen.

1. Uskup John Shelby Spong dalam bukunya Why Christianity Must Change or Die (1998). (Mengapa agama Kristen Harus Berubah (keimanannya) atau akan Mati).

"Kita harus membebaskan Yesus dari kedudukannya sebagai Jurusalamat…Ajaran ini harus dicabut dan dibuang"

2. Reverend DR Charles Francis Potter dalam bukunya The Lost Years of Jesus Revealed (1992).

"Para pemuka agama Kristen tidak dapat dimaafkan untuk (mempertuhankan Yesus) dengan memanfaatkan keterbatas­an… berfikir orang-orang Palestina 2000 tahun yang lalu"

3. John Davidson dalam bukunya The Gospel of Jesus (1995).

"Barangkali kita (umat Kristen) telah tersesat selama 2000 tahun"

Ketiga contoh diatas memperlihatkan bahwa ketiga pakar di atas bukannya mengatakan bahwa agama mereka, Kristen, adalah agama yang paling benar, tetapi malah sebaliknya mengakui bahwa agama mereka ternyata adalah agama yang salah dan menyesatkan.

Selanjutnya saudara mengutip Karl Rahner tentang Teologi Inklusif yang sekarang mulai dianut oleh Vatikan: "Agama lain adalah bentuk implisit dari agama kita". Hal ini tidak berlaku untuk agama Islam dan Kristen sebagaimana yang dibeberkan oleh Pakar sejarah Max I. Dimont dalam bukunya Jews, God and History (1994).

"Pemisahan antara Kristen dan Yahudi terjadi setelah tahun 50-an, setelah sekte Kristen dibawa ke penyembahan berhala dan menjadikannya agama dunia"

Dari pernyataan Max I. Dimont ini, jelas terlihat bahwa Islam sebagai agama wahyu bukan merupakan bentuk implisit dari agama dunia (Kristen).

Demikian pula ketika saudara mengutip John Hick dan John B. Cobb Jr. yang mengatakan bahwa "Agama berbeda-beda tetapi semuanya benar", ini dibantah kembali oleh John Shelby Spong dalam bukunya Rescuing the Bible from Fundamentalism (1991) dengan mengatakan:

"Dia (Paulus) tidak menulis firman Allah. Yang dia tulis adalah kata-katanya sendiri yang khusus, penuh keterbatasan serta memiliki berbagai kelemahan sebagai ciri seorang manusia"

Saudara Budhy, saya heran dengan pandangan saudara! Ketika para pakar teolog Kristen mengakui bahwa agama Kristen berbeda dengan Islam karena Kristen adalah penyimpangan dari ajaran Yesus yang diselewengkan oleh Paulus, sementara Islam mengikuti ajaran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , kok malah saudara ngotot bahwa Islam sama saja dengan Kristen.

Oleh karena itu, ketika saudara mengutip ayat-ayat Kitab Suci Al Qur'an, saya sangat berkepentingan untuk meluruskannya. Kalau tidak, umat Muslim dapat saja tergelincir dalam kemusyrikan.

Saudara mengutip Al Qur'an surat Ali Imran:19, yang artinya:

"Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam". Lalu kemudian mengutip surat Ali Imran :85 yang artinya:

"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi".

Dengan ayat-ayat ini saudara menuduh umat Islam berpikir eksklusif bahwa agama Kristen tidak termasuk agama yang diterima dan diridhai Allah. Lalu Saudara mengajukan penafsiran inklusif sebagai penafsiran yang "lebih baik dan benar" untuk memasukkan agama Kristen sebagai agama yang juga diterima dan diridhai Allah karena menurut saudara merekapun pasrah sepenuhnya (kepada Allah).

Namun sebelum semuanya kita terima atau kita tolak, baiklah kita tengok definisi saudara setelah diterapkan pada agama Islam dan Kristen. Islam = berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT sebagai Tuhan dan Juru Selamat.

Kristen = berserah diri sepenuhnya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat.

Saudara Budhy, dari definisi Saudara sendiri, ternyata Islam tidak sama dengan Kristen. Masih kabur? Camkanlah pernyataan sejarawan Edward Gibbon dalam bukunya The Decline and Fall of the Roman Empire ( 1974), hal 656.

"Namun Yesus hanyalah manusia biasa, dan di hari kiamat (nanti), kesaksiannya akan mengutuk baik umat Yahudi yang menolak kerasulannya, maupun umat Kristen yang menyembahnya sebagai Anak Allah"

Ketika manusia di permukaan bumi dicekoki dengan penyem­bah­an kepada berhala-berhala selain Allah, maka sudah saatnya Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meluruskan kembali Jalan Lurus yang dibengkokkan Paulus dan para pendukung-pendukungnya.

"Yaitu orang-orang yang menghalang-halangi manusia dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan itu menjadi bengkok".(Al A'raaf :45)

Untuk inilah kita diperintahkan Allah untuk menjalankan dakwah, mengeluarkan umat Kristen dari kesesatan dan kegelapan, akibat perbuatan para pemimpin mereka yang menyeret serta membiarkan mereka berada dalam lembah kegelapan.

"Katakanlah: 'Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok padahal kamu menyaksikan?" (Ali Imran:99) (#)



0 komentar:

Posting Komentar