Tulisan ini saya angkat kembali menjadi topik baru, merupakan hasil diskusi
dengan beberapa netters Kristen disini yang menyangkut tentang ‘gugatan’ mereka
terhadap konsep ketuhanan dalam ajaran Islam yang mengatakan Tuhan menciptakan
segalanya termasuk kejahatan. Padahal disisi lain, ajaran Kristen mempunyai
konsep bahwa Tuhan tidak menciptakan kejahatan, tapi kejahatan muncul karena
adanya penyimpangan dari kehendak Tuhan. Namun sebenarnya tulisan saya sekaligus
juga merupakan tanggapan terhadap tulisan tokoh Jaringan Islam Liberal, sdr.
Ulil Abshar Abdalla dalam website mereka bebarapa tahun yang lalu :
http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=571
Kedua
pemikiran ini saya simpulkan merupakan dua ‘kutub ekstrim’ kiri dan kanan,
mencoba memikirkan tindakan Tuhan dalam perspektif kemanusiaan, dan keduanya
bermuara kepada kesimpulan yang salah. Yang satu berkesimpulan bahwa ada sesuatu
yang eksis/ada/wujud tanpa diciptakan oleh Tuhan, yang lainnya beranggapan bahwa
Tuhan adalah wujud yang sedang berproses dan mempunyai dua aspek yang
paradoksal, yang ‘memancar’ dalam kehidypan manusia. Apa yang terjadi dalam
kehidupan merupakan gambaran tentang wujud Tuhan.
Apa itu kejahatan..??
apa itu kebaikan..??, Sesuatu hal kita bilang sebagai ‘jahat’ atau ‘baik’,
karena KEMANUSIAAN KITA MEMBERI NILAI kepada sesuatu sebagai jahat dan baik.
Mengapa perbuatan menipu, merampok, berzina, mencaci-maki’ dikatakan sebagai
perbuatan jahat..?? sebaliknya mengapa perbuatan ‘menolong, membantu, ramah,
sopan’ dikatakan sebagai perbuatan baik…?? Karena dalam batas kemanusiaan kita,
semua hal tersebut sudah kita beri nilai baik dan jahat.
Ketika semua
atribut itu kita ‘cantelkan’ kepada Tuhan, apakah anda pikir masih mempunyai
‘nilai’ yang sama..?? makanya saya bilang : apakah sesuatu yang kita nilai
sebagai baik, adalah baik dan apakah sesuatu yang kita nilai sebagai jahat akan
bernilai sama kalau itu kita kaitkan dengan tindakan Tuhan..?? Maka semua
tindakan Tuhan tidak tepat kalau dibagi keoada dikotomi baik dan buruk, kita
hanya bisa mengatakan bahwa apapun yang dilakukannoleh Tuhan itu adalah tindakan
yang Ilahiyah (Godly thing) dan Tuhan tidak mungkin melakukan tindakan yang
tidak Ilahiyah (Ungodly thing). Tindakan Keilahian tidak sama dengan kebaikan
dalam perspektif manusia, sebaliknya tindakan Tidak Ilahiyah tidak sama dengan
keburukan dalam perspektif kemanusiaan. Dalam Al-Qur’an disampaikan bahwa semua
ciptaan Allah tidak ada yang sia-sia, dengan hikmah, bukan main-main dan dengan
hak :
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Ali
Imran)
27. Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang
kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.
(Shaad)
38. Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya dengan bermain-main. 39. Kami tidak menciptakan keduanya
melainkan dengan hak, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Ad
Dukhaan)
Tuhan menciptakan segala-galanya, apakah itu dinilai baik
atau buruk dari sisi kemanusiaan, dan semuanya adalah tindakan yang Ilahiyah,
dan Tuhan tidak mungkin berbuat yang tidak Ilahiyah (Ungodly thing), apa
contohnya : misalnya Tuhan tidak mungkin menciptakan Tuhan yang lain yang sama
besar dan sama berkuasa, atau tidak mungkin menciptakan suatu benda yang sangat
berat sehingga Tuhan sendiri tidak sanggup untuk mengangkatnya, atau Tuhan
berniat membuang manusia keluar dari kekuasaan-Nya, semua itu adalah tidak
mungkin dilakukan oleh Tuhan, karena kalau itu yang terjadi maka tuhan tersebut
bukanlah Tuhan. Contoh-contoh tindakan yang Tidak Ilahiyah tersebut tidak bisa
diatributkan kepada perbuatan baik atau jahat, apakah contoh tersebut adalah
perbuatan jahat dari Tuhan..?? sekalipun dikatakan tidak
Ilahiyah..??
Lalu darimana manusia bisa membedakan mana yg baik dan yg
jahat? Ketika Allah menciptakan manusia maka kemampuan untuk menilai sesuatu
sudah ditanamkan Allah dalam hati (qalbu)
. Dan Dialah yang telah
menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat
sedikitlah kamu bersyukur. (Al Mu’minuun).
Qalbu (diterjemahkan
dengan hati, sebenarnya yang lebih tepat adalah ‘jiwa = soul) merupakan
‘jembatan’ antara manusia dengan Allah, Melalui qalbu ini Allah kemudian
memberikan petunjuknya, mana perbuatan yang digolongkan sebagai kebaikan dan
kejahatan DALAM PERSPEKTIF KEMANUSIAAN. Penjelasan mengenai qalbu ini bisa anda
baca pada tulisan saya :
http://forum.swaramuslim.net/threads.php?id=3855_0_14_0_C
Al-Qur’an
juga menyebut tentang kejahatan, maka itu artinya Allah ‘berbicara’ kepada
manusia dan memberikan petunjuk (ini diartikan betul-betul petunjuk, yaitu
aturan-aturan dan pedoman hidup sesuai yang tercantum dalam Al-Quran). Apa yang
diperintahkan Allah, itulah kebaikan, apa yang dilarang itu menjadi kejahatan
atau keburukan. Tapi kebaikan dan kejahatan tersebut berada dalam ruang lingkup
kemanusiaan kita, dan tidak terkait dengan Tuhan, karena seperti yang sudah saya
sampaikan, apabila kita mencoba ‘mengukur’ Tuhan dari nilai baik buruk
kemanusiaan kita, maka Tuhan sudah menjadi objek kemanusiaan kita tersebut, maka
kesimpulan apapun yang dihasilkan pasti ngawur. Contohnya seperti doktrin
Kristen : ‘Tuhan adalah baik, dan tidak mungkin menciptakan kejahatan’, itu
artinya kita telah ‘mengukur’ Allah dengan nilai-nilai kemanusiaan kita. Mungkin
pernyataan yang lebih tepat adalah : ‘Apapun yang telah diciptakan Allah bagi
manusia adalah baik, sekalipun dalam nilai-nilai kemanusiaan mungkin tidak
baik’. Tapi yang lebih tepat lagi seperti apa yang disampaikan Allah dalam
Al-Qur’an melalui do’a hamba-Nya yang berpikir :"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia”. Seorang Muslim tidak menyibukkan dirinya
menilai perbuatan Allah, tapi lebih fokus kepada memikirkan apa hikmah dibalik
ciptaan Allah tersebut.
Sabtu, 10 Maret 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar