Sebuah majalah tigabulanan diberi nama Islamia
telah diluncurkan penerbitan perdananya pada 6 Maret 2004 di Hotel Sofyan Cikini
Jakarta. Format majalah dan penampilannya mengingatkan majalah Ulumul Qur’an,
hanya saja Islamia sepenuhnya tampil mengcounter sekularisme Liberalisme Islam
yang acap diusung “mendiang” Ulumul Qur`an. Walau majalah Ulumul Qur‘an
sudah lama mati, namun pemikiran sekuler yang selalu diusung jurnal yang mengaku
ilmiah itu justru tumbuh subur. Tengok saja gegap-gempita penampilan kelompok
Islam Liberal yang dipelopori Ulil Abshar Abdalla. Perhatikan pula para pengikut
Nurcholis Madjid melalui berbagai sarana media terus-menerus menggerus Islam
yang hakiki dengan dalih pembaharuan, liberal, dan semacamnya. Kelompok mereka
ini terus merajalela. Terakhir Paramadina menerbitkan buku Fiqih Lintas Agama
yang tentu saja sangat menghebohkan. Belum lagi geger Hermeneutika yang kini
diidap pula oleh sejumlah tokoh Muhammadiyah seperti Amin Abdullah dan Abdul
Munir Mulkhan.
Semakin banyaknya figur-figur penerus Nurcholish Madjid
yang lahir dengan aneka media yang dimiliki saat ini, rupanya sangat mengusik
nurani sejumlah mahasiswa kandidat Ph.D di Internasional Institute of Islamic
Though and Civilization (ISTAC-IIUM) Kualalumpur Malaysia, khususnya yang
berasal dari Indonesia, seperti Adian Husaini, Hamid Fahmy Zarkasyi (putra
pendiri Pondok Modern Gontor, Alm. KH Zarkasyi), Adnin Armas, serta beberapa
dosen di sana seperti Dr. Ugi Suharto (asal Indonesia) dan Prof Dr Wan Mohamad.
Nor wan Daud, alumnus Chicago University Amerika yang satu angkatan dengan
Syafii Maarif dan Amien Rais. Berawal dari keprihatinan sejumlah mahasiswa di ISTAC-IIUM Kualalumpur ini,
maka mereka menggalang upaya untuk menghadang pemikiran sesat kelompok
Sekuler-Liberal. Akhir Februari hingga awal Maret 2004 lalu sejumlah nama dari
ISTAC-IIUM itu berada di Indonesia untuk menjadi narasumber pada berbagai
seminar, antara lain Seminar Nasional yang diselenggarakan Muhammadiyah di
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kehadiran mereka diharapkan kalangan tua
muhammadiyah untuk menjelaskan duduknya perkara soal Liberalisme Islam yang
notabene penerusan gaya Islam Pembaharuannya Nurcholis Madjid itu yang kini
merasuk dan mewabah di kalangan intelektual Muhammadiyah. Perdebatan tak
terelakkan berlangsung dalam seminar beberapa hari itu. (Baca selengkapnya di
Laporan Utama). Sejumlah tokoh pusat dari Muhammadiyah yang pro Liberalisme
Islam seperti Prof Dr Yunan Yusuf tampil seadanya. Sedangkan dari ISTAC-IIUM,
seperti Adian Husaini dll siap dengan makalah yang ilmiah dan siap diuji dalam
forum tersebut. Akibatnya, Yunan Yusuf kewalahan dan acap digugat floor. Meski
demikian –seperti gaya pembaharu ala Nurcholish Madjid lainnya– mereka
bersikukuh dengan pendiriannya yang tak bisa dipertahankan itu.
Sikap seperti ini, kata Adian Husaini di tengah peluncuran majalah
Triwulanan Islamia, memang gaya khas anak-anak Liberal. Adian memberi ilustrasi
tentang dua orang di padang pasir memperdebatkan benda apakah yang tampak di
kejauhan berwarna hitam. Sahabat Rasulullah menyatakan benda itu adalah Burung
Gagak, tapi yang satu lagi menyatakan sebagai kambing. Keduanya lalu mendekati
benda tersebut. Tatkala semakin dekat pada benda tersebut, tiba-tiba terbang ke
udara yang membuktikan benda tersebut seekor burung. Tapi si munafik itu tetap
menyatakan bahwa benda itu kambing walau ia terlihat jelas terbang ke angkasa.
Dalam wawancara dengan Tabligh, Adian menyatakan ketidakkonsistenan
Nurcholish Madjid sejatinya terus bermunculan, namun tidak pernah dijadikan
bukti kesalahan yang dilakukan Nurcholis oleh khalayak dan publik yang sudah
terlanjur mengangkat Nurcholis sebagai “Ilmuwan-Bapak Bangsa” dan seterusnya.
Adian kemudian menyebut perkawinan putri Nurcholis yang bernama Nadia di
Washington pada akhir September 2001 dengan pemuda Yahudi. Seharusnya, kata
Adian, jika Nurcholish konsisten dengan pemikirannya; Semua agama sama, tentu ia
tidak perlu sibuk membuat penjelasan bahwa menantunya itu telah masuk Islam.
Pernyataan ini malah berakibat fatal, karena Nurcholish ternyata berbohong
besar. Menurut Syamsi Ali, seorang guru ngaji di New York yang sedang cuti
pulang ke Indonesia Maret 2004 lalu, Nadia sendiri malah mengkritik bapaknya
sebagai telah berbohong kepada publik. Pasalnya menurut Syamsi Ali yang tengah
diwawancara Radio Dakta Bekasi, Nadia sendiri mengaku bahwa suaminya itu tidak
pernah masuk Islam sampai hari ini. Disinilah ketidakkonsistenan Nurcholish
Madjid. Seharusnya putrinya itu justru telah menerapkan dan mengimplementasikan
puncak buah pemikiran pembaharuan. Kenapa mesti risau?
Walau demikian,
Adian Husaini cs tetap beranggapan Kelompok Pembaharuan bersama aneka jenis
keturunannya dari kelompok Islam Liberal sampai pencinta Hermeneutika yang
menghantam Tafsir Qur‘an, semua itu harus dihadapi secara memadai dengan ilmu
yang mengungguli mereka. Dalam kerangka itulah menurut Adian, diterbitkan sebuah
majalah ilmiah yang terus-menerus mengkupas pemikiran dan peradaban Islam yang
diberi nama Islamia. Jurnal yang amat mirip “mendiang” Ulumul Qur‘an ini diasuh
sejumlah personel dari ISTAC-IIUM, seperti Hamid Zarkasyi sebagai Pemimpin
Redaksi, dan Adnin Armas sebagai wakil pemimpin redaksi. Sementara Adian Husaini
sendiri duduk sebagai anggota dewan redaksi. Penerbit Islamia, adalah kerjasama
antara INSISTS (Institute for The Studi of Islamic and Civilization) dengan
Penerbit Khairul Bayan Jakarta yang selama ini dikenal menerbitkan tabloid
Fikri.
Nomor perdana Islamia yang diluncurkan 1 Muharram 1425 H,
mengupas habis-habisan masalah Hermeneutika yang menyesatkan umat Islam, tapi
saat ini “digandrungi” ilmuan Islam Indonesia. Di antara judul-judul yang di
angkat, Pengantar Di Balik Hermeneutika, Hermeneutika Kritis, Studi Kritis
Hermeneutika Habermas, Tafsir Al-Qur`an atau Hermeneutika Al-Qur`an, Apakah
Al-Qur`an Memerlukan Hermeneutika?.
Selain itu, ada juga artikel-artikel
berjudul “Syariat Islam: Antara Ketetapan Nash dan Maqasid Syariat, Interview
Dr. Anis Malik Toha, Pluralisme Agama Sebagai Agama Baru, dan sejumlah rubrik
ilmiah lainnya.
Islamia, tak pelak akan menjadi lawan berat kelompok
Liberal. Tapi apakah mereka mampu menjawab Islamia secara memadai, mengingat
bobot ilmu yang dikandungnya? Mungkin saja mereka tetap ngotot bahwa benda
hitam yang itu adalah kambing, meski ia jelas-jelas telah terbang ke angkasa.
(Majalah
Tabhligh) |
|
0 komentar:
Posting Komentar