Pages

Senin, 13 Februari 2012

ISLAMIA : Bentengi Islam dari Kelompok Liberal


Sebuah majalah tigabulanan diberi nama Islamia telah diluncurkan penerbitan perdananya pada 6 Maret 2004 di Hotel Sofyan Cikini Jakarta. Format majalah dan penampilannya mengingatkan majalah Ulumul Qur’an, hanya saja Islamia sepenuhnya tampil mengcounter sekularisme Liberalisme Islam yang acap diusung “mendiang” Ulumul Qur`an.
Walau majalah Ulumul Qur‘an sudah lama mati, namun pemikiran sekuler yang selalu diusung jurnal yang mengaku ilmiah itu justru tumbuh subur. Tengok saja gegap-gempita penampilan kelompok Islam Liberal yang dipelopori Ulil Abshar Abdalla. Perhatikan pula para pengikut Nurcholis Madjid melalui ber­bagai sarana media terus-menerus menggerus Islam yang hakiki dengan dalih pembaharuan, liberal, dan semacamnya. Kelompok mereka ini terus merajalela. Terakhir Paramadina menerbitkan buku Fiqih Lintas Agama yang tentu saja sangat menghebohkan. Belum lagi geger Hermeneutika yang kini diidap pula oleh sejumlah tokoh Muhammadiyah seperti Amin Abdullah dan Abdul Munir Mulkhan.

Semakin banyaknya figur-figur penerus Nurcholish Madjid yang lahir dengan aneka media yang dimiliki saat ini, rupanya sangat mengusik nurani sejumlah mahasiswa kandidat Ph.D di Internasional Institute of Islamic Though and Civilization (ISTAC-IIUM) Kualalumpur ­Malaysia, khususnya yang berasal dari Indonesia, seperti Adian Husaini, Hamid Fahmy Zarkasyi (putra pendiri Pondok Modern Gontor, Alm. KH Zarkasyi), Adnin Armas, serta bebe­rapa dosen di sana seperti Dr. Ugi Suharto (asal Indonesia) dan Prof Dr Wan Mohamad. Nor wan Daud, alumnus Chicago University Amerika yang satu angkatan dengan Syafii Maarif dan Amien Rais.
 Berawal dari keprihatinan sejumlah maha­siswa di ISTAC-IIUM Kualalumpur ini, maka mereka menggalang upaya untuk menghadang pemikiran sesat kelompok Sekuler-Liberal. Akhir Februari hingga awal Maret 2004 lalu sejumlah nama dari ISTAC-IIUM itu berada di Indonesia untuk menjadi narasumber pada berbagai seminar, antara lain Seminar Nasional yang diseleng­garakan Muhammadiyah di Universitas Muham­madiyah Surakarta. Kehadiran mereka diharap­kan kalangan tua muhammadiyah untuk menjelas­­kan duduknya perkara soal Libera­lisme Islam yang notabene penerusan gaya Islam Pembaharuannya Nurcholis Madjid itu yang kini merasuk dan mewabah di kalangan intelektual Muhammadiyah. Perdebatan tak terelakkan berlangsung dalam seminar beberapa hari itu. (Baca selengkapnya di Laporan Utama). Sejum­lah tokoh pusat dari Muhammadiyah yang pro Liberalisme Islam seperti Prof Dr Yunan Yusuf tampil seadanya. Sedangkan dari ISTAC-IIUM, seperti Adian Husaini dll siap dengan makalah yang ilmiah dan siap diuji dalam forum tersebut. Akibatnya, Yunan Yusuf kewa­lahan dan acap digugat floor. Meski demikian –seperti gaya pem­baharu ala Nur­cholish Madjid lainnya– mereka bersi­kukuh dengan pendiri­an­­nya yang tak bisa diper­tahan­kan itu.

Sikap seperti ini, kata Adian Husaini di tengah peluncuran majalah Triwulanan Islamia, memang gaya khas anak-anak Liberal. Adian memberi ilustrasi tentang dua orang di padang pasir memper­debatkan benda apakah yang tampak di kejauhan berwarna hitam. Sahabat Rasulullah menyata­kan benda itu adalah Burung Gagak, tapi yang satu lagi menyatakan sebagai kambing. Keduanya lalu mendekati benda tersebut. Tatkala semakin dekat pada benda tersebut, tiba-tiba terbang ke udara yang membuktikan benda tersebut seekor burung. Tapi si munafik itu tetap menyatakan bahwa benda itu kambing walau ia terlihat jelas terbang ke angkasa.

Dalam wawancara dengan Tabligh, Adian menyatakan ketidakkonsistenan Nurcholish Madjid sejatinya terus bermunculan, namun tidak pernah dijadikan bukti kesalahan yang dilakukan Nurcholis oleh khalayak dan publik yang sudah terlanjur mengangkat Nurcholis sebagai “Ilmuwan-Bapak Bangsa” dan seterusnya. Adian kemudian menyebut perkawinan putri Nurcholis yang bernama Nadia di Washington pada akhir September 2001 dengan pemuda Yahudi. Seharusnya, kata Adian, jika Nurcholish konsisten dengan pemikirannya; Semua agama sama, tentu ia tidak perlu sibuk membuat penjelasan bahwa menantunya itu telah masuk Islam. Pernyataan ini malah berakibat fatal, karena Nurcholish ternyata berbohong besar. Menurut Syamsi Ali, seorang guru ngaji di New York yang sedang cuti pulang ke Indonesia Maret 2004 lalu, Nadia sendiri malah mengkritik bapaknya sebagai telah berbohong kepada publik. Pasalnya menurut Syamsi Ali yang tengah diwawancara Radio Dakta Bekasi, Nadia sendiri mengaku bahwa suaminya itu tidak pernah masuk Islam sampai hari ini. Disinilah ketidak­konsistenan Nurcholish Madjid. Seharusnya putrinya itu justru telah menerapkan dan mengimplementasikan puncak buah pemikiran pembaharuan. Kenapa mesti risau?

Walau demikian, Adian Husaini cs tetap beranggapan Kelompok Pembaharuan bersama aneka jenis keturunannya dari kelompok Islam Liberal sampai pencinta Hermeneutika yang menghantam Tafsir Qur‘an, semua itu harus dihadapi secara memadai dengan ilmu yang mengungguli mereka. Dalam kerangka itulah menurut Adian, diterbitkan sebuah majalah ilmiah yang terus-menerus mengkupas pemikiran dan peradaban Islam yang diberi nama Islamia. Jurnal yang amat mirip “mendiang” Ulumul Qur‘an ini diasuh sejumlah personel dari ISTAC-IIUM, seperti Hamid Zarkasyi sebagai Pemimpin Redaksi, dan Adnin Armas sebagai wakil pemimpin redaksi. Sementara Adian Husaini sendiri duduk sebagai anggota dewan redaksi. Penerbit Islamia, adalah kerjasama antara INSISTS (Institute for The Studi of Islamic and Civilization) dengan Penerbit Khairul Bayan Jakarta yang selama ini dikenal menerbitkan tabloid Fikri.

Nomor perdana Islamia yang diluncurkan 1 Muharram 1425 H, mengupas habis-habisan masalah Hermeneutika yang menye­satkan umat Islam, tapi saat ini “digandrungi” ilmuan ­Islam Indonesia. Di antara judul-judul yang di angkat, Pengantar Di Balik Hermeneutika, Hermeneutika Kritis, Studi Kritis Hermeneutika Habermas, Tafsir Al-Qur`an atau Hermeneutika Al-Qur`an, Apakah Al-Qur`an Memerlukan Hermeneutika?.

Selain itu, ada juga artikel-artikel berjudul “Syariat Islam: Antara Ketetapan Nash dan Maqasid Syariat, Interview Dr. Anis Malik Toha, Pluralisme Agama Sebagai Agama Baru, dan sejumlah rubrik ilmiah lainnya.

Islamia, tak pelak akan menjadi lawan berat kelompok Liberal. Tapi apakah mereka mampu menjawab Islamia secara memadai, mengingat bobot ilmu yang dikan­dung­nya? Mungkin saja mereka tetap ngotot bahwa benda hitam yang itu adalah kambing, meski ia jelas-jelas telah terbang ke angkasa. (Majalah Tabhligh)

0 komentar:

Posting Komentar