Baru saja film kontroversial Buruan Cium Gue (BCG) ditarik dari peredaran. Kita semua yang berusaha meminimalisasi tontonan yang penuh kekerasan dan pornografi, tentu bersyukur. Elemen masyarakat yang dikomandoi oleh MUI dan tokoh-tokoh agama bahu membahu memperjuangkan agar film itu dihentikan peredarannya. Kita sudah lelah dengan banyak tontonan tidak bermutu dan mendidik.
Namun, di tengah upaya memperjuangkan penjagaan terhadap moralitas bangsa ini, masih ada kelompok yang bersuara miring terhadap usaha itu. Kalau suara minor datang dari sekelompok orang yang hidupnya memang memuja hedonisme dan permisifisme dengan berlindung di balik dalih kebebasan berekspresi, mungkin bisa dimaklumi. Tetapi suara minor justru datang dari kelompok beratribut Islam, yaitu Jaringan Islam Liberal (JIL).
Ulil Abshar-Abdalla dari JIL menyatakan bahwa seharusnya penyikapan terhadap film BCG tidak dikaitkan dengan agama. Ini bukan hanya ganjil, tetapi terasa lebih mencari sensasi.
JIL seakan selalu ingin menampilkan sosok dan suara yang beda dengan kelompok-kelompok Islam yang mendengungkan penjagaan moralitas atau kelompok lain yang masih peduli dengan kondisi moralitas anak-anak muda yang semakin memprihatinkan. JIL seakan memegang prinsip "yang penting beda".
Predikat liberal JIL, tampaknya tidak hanya dalam pola pemahaman dan interpretasi terhadap sumber-sumber agama, tetapi sudah mengarah liberalisasi bidang kehidupan yang nyata. Selama ini, JIL juga selalu meneriakkan komitmen moral. Tetapi moral yang mana? Jangan-jangan sama dengan kebanyakan ide-ide JIL yang melangit dan absurd, pandangan moralitas JIL juga absurd. (RioL)
Jon Hariyadi
Ketua Forum Peduli Perbaikan (FPP) Surabaya
0 komentar:
Posting Komentar