Oleh: Hizbullah Mahmud *)
Beberapa gelintir orang Islam menyebut Al-Qur'an bukan berasal dari
bahasa Arab. Kelompk Isa Bugis bahkan mengatakan bahasa Al Qur'an itu bahasa
Nur". Marilah kita buktikan kebohongannya
Di alam modern ini banyak para
pakar muslim yang memahami ajaran islam yang bersumber dari Al Qur'an dan As
Sunnah dengan cara modern pula. Namun sayang! Kebenaran yang dijadikan pegangan
tersebut, justru meninggalkan kebenaran mutlak dan qoth'I dan menjadikan
kebenaran semu dan relative sebagai gantinya.
Sejumlah ilmu alat seperti
ilmu tafsir, ilmu hadits, ushul fiqh dan lain-lain yang menjadi sumber pendukung
untuk memahami kedua sumber Islam ditinggalkan. Mereka memandang bahwa berbagai
ilmu alat tersebut sudah tidak relevan lagi dijadikan pegangan, sebagai standard
dalam memahami Al Qur'an dan As Sunnah, karena kondisi dan situasi dunia di
zaman modern ini sudah bergeser dan berubah. Jadi Al Qur'an dan As Sunnah juga
harus dipahami dengan cara modern yang penuh dengan kebebasan, bukan dengan cara
kuno yang banyak ikatan.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka muncullah
berbagai gagasan yang aneh-aneh dalam memahami Al Qur'an dan As Sunnah. Diantara
gagasan tersebut adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh Dawam Raharjp, bahwa Al Qur'an yang diturunkan Allah kepada
Nabi Muhamad melalui perantara Malaikat Jibril untuk seluruh umatnya itu
bukan berbahasa Arab.
Tulisan Dawam ini bisa dibaca dalam buku
"Dakwah Dan Perubahan Sosial" yang dikemukakan
oleh Amrullah Achmad sebagai editor. Pada halaman 140 dinyatakan bahwa "Al
Qur'an diturunkan bukan dengan bahasa Arab, tetapi bahasa yang dimengerti
manusia".
Sedangkan Isa Bugis dalam Diktat Idul Fitri Kembali
Hidup Menurut Sistem Zakat hal:19, mengatakan bahwa "Bahasa Al Qur'an itu
bahasa Nur". Pada kesimpulannya keduanya mengingkari keberadaan Al Qur'an
menggunakan bahasa Arab.
Untuk memperkuat pendiriannya bahwa Al Qur'an
itu bukan berbahasa Arab Dawam Raharjo mengemukakan berbagai macam argumen,
diantaranya adalah:
Dalam surat As Syura Ayat 7 "Qur'anan Arabiyan" yang
berarti Al Qur'an Berbahasa Arab. Kemudian dalam surat As Syu'aara ayat 195
"Bilisanin Arabiyyin Mubin" yang berarti dengan bahasa Arab yang terang. Oleh
beliau dita'wil atau dipalingkan pengertiannya sebagai berikut: "Istilah ini
dimaksud sebagai bahasa yang dimengerti pada waktu itu yang kebetulan adalah
bahasa Arab"
Menurut saya, beliau melanjutkan
argumennya, bahasa Al Qur'an pada waktu itu bukan bahasa Arab seperti sekarang.
Karena bahasa Arab yang ada sekarang sudah merupakan hasil perkembangan lebih
lanjut. Bahasa Arab lain dengan bahasa Al Qur'an.
Begitulah argumen
yang dikemukakan oleh sang profesor untuk memperkuat pendiriannya yang
dinyatakan bahwa Al Qur'an itu bukan berbahasa Arab. Bila diteliti lebih jauh
lagi ternyata argumen beliau mempunyai banyak kelemahan:
Dengan argumen
seperti diatas orang dibuatnya menjadi bingung, sebab antara satu dengan yang
lain menunjukkan pertentangan. Satu kalimat dinyatakan bahwa Al Qur'an bukan
bahasa Arab, sedang pada kalimat lain dinyatakan bahwa Al Qur'an berbahasa Arab,
meskipun dengan tambahan "Kebetulan". Ini satu kelemahan.
Dengan adanya
ungkapan: "Bahasa Arab lain dengan bahasa Al
Qur'an"' para ulama telah memahami tentang adanya Ketinggian Uslub
yang digunakan Al Qur'an. Jadi bahasa yang digunakan Al Qur'an memang tidak sama
dengan dengan Uslub yang digunakan dalam bahasa Arab harian, bahkan dengan
bahasa Arab yang terdapat dalam As Sunnahpun berbeda.
Namun pengertian
tersebut bukan berarti bahwa Al Qur'an bukan menggunakan bahasa Arab. Dalil yang
dikemukakan diatas surat As Syura Ayat 7 dan As Syu'aara ayat 195 oleh para
Ulama digunakan argumen bahwa Al Qur'an itu berbahasa Arab. Dalam hal ini para
ulama mengambil arti dhahirnya sesuai dengan kaidah Usul Fiqh, tetapi kenapa
oleh Prof Dawam Raharjo di takwil. Adakah dalil yang menunjukkan
pertentangannya? Apabila tidak disinilah kelemahannya?
Dua ayat yang masing-masing berarti: "Qur'an berbahasa Arab"
dan "Dengan bahasa Arab yang terang" yang terdapat dalam surat As Syura dan As
Syu'aara telah sesuai dengan firman Allah berikut: Kami tidak mengutus seorang
Rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan
dengan terang kepada mereka. (QS Ibrahim : 4).
Perlu dipahami bahwa
setiap Rasul yang diutus itu menggunakan bahasa kaumnya. Kaum yang dihadapi
Muhamad sebagai Rasul Allah itu adalah bangsa Arab saat wahyu itu turun. Dengan
demikian sesuai dengan ayat tersebut dan dua ayat yang kita dikemukakan
terjemahnya tersebut, maka Al Qur'an itu berbahasa Arab. Jadi sudah
sesuai.
Dengan demikian adanya takwil seperti yang
dikemukakan oleh Prof M Dawam Raharjo terkesan ngawur dan asal-asalan.
Tegas hal itu bisa dikatakan sesat menyesatkan, karena hal
ini tidak sesuai dengan petunjuk dan dalil dari Al Qur'an. Sedangkan kajian yang
dikemukakan tidak memiliki disiplin ilmu yang mapan. Sehingga berakibat tidak
memiliki nilai ilmiyah dan membingungkan umat. Bahkan menimbulkan pertentangan
dengan dengan dalil tegas yang telah disepakati oleh para ulama.
Dalam
buku "Haadir Alam Islami" karangan Dr Ali Gharisyah secara gamblang disebutkan
bagaimana musuh-musuh islam senantiasa berusaha untuk memisahkan pengertian
antara: Sejarah Islam dan sejarah bangsa Arab dan bahasa Arab dan bahasa Al
Qur'an.
Hal ini dimaksudkan untuk melumpuhkan kekuatan islam dari
dasarnya. Sebab apabila umat islam menerima pemisahan antara sejarah islam dan
bangsa Arab, berarti telah kehilangan akar sejarah dalam pertumbuhannya yang
telah diukir dan dibina oleh Nabi berikut para sahabatnya, kemudian dilanjutkan
para Tabi'in dan Tabi'utabi'in.
Sisi lain untuk
melumpuhkan kekuatan umat islam, diisukan adanya perbedaan bahasa Arab dan
bahasa yang digunakan Al Qur'an, sebagaimana yang dikemukakan oleh Dawam Raharjo
diatas.
Kenapa hal itu dapat terjadi justru muncul dari pakar
muslim? Padahal hal itu dikonsepkan oleh musuh-musuh islam. Dengan disambutnya
isu tersebut maka hancurlah kekuatan islam dari dalam. Karena akan hilangnya
arah dan pegangan yang paling dasar untuk mengetahui dan memahami islam dari
dasarnya. Apabila hal itu terjadi, lalu dengan bahasa apa umat islam harus
mempelajari Al-Qur'an !!
Apabila Isa Bugis menyatakan bahwa Al Qur'an itu
menggunakan bahasa Nur, maka kepada siapa umat islam harus belajar bahasa Nur.
Disaat yang sama ada pakar muslim yang menyatakan bahwa Al Qur'an bukan bahasa
Arab, tetapi beliu tidak menyebutkan dengan jelas bahasa apa yang dipakai dalam
Al Qur'an. Semua ini tidak lain hanya membuat taskik (keraguan) kepada umat
Islam, sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Orientalis dan musuh-musuh Islam
yang lain.
Disinilah letak adanya penyimpangan dan
kesesatan yang disebut para ulama sesat menyesatkan.
Mudah-mudahan kita tetap waspada dan para pakar yang membuat
isu sesat dapat menyadari dan mendapat petunjuk Allah. Amin.
*)
Penulis adalah pengelola website al-ukhuwah.com dan Mahasiswa Universitas Al
Azhar Kairo Fakultas Syari'ah Islamiyah. Tulisan ini disarikan dari buku
"Meluruskan Pemikiran Pakar Muslim" karangan Ust Ahmad Husnan
Lc.
Baca :
- Dawam
Raharjo: "Islam Sebaiknya dilarang saja"
- Hizbullah
Mahmud : Mengkritisi Kembali Makna "Tuhan"
Jumat, 16 Maret 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Menjawab pertanyaan"bagaimana orang bisa Belajar Bahasa NUR ..Belajarnya dari mengembalikan tiap istilah istilah dalam alqur'an harus bdirujuk oleh ayat Alqur'an dan alhadits.karena otak manusia telah teracuni oleh pemikiran yang bukan NUR"
oalah..leh leh...pertanyaan jd muncul nich...bangsa arab mana yg pakai bahasa Alquran, arab krukut dan tanah abang kali ya...padahal tidak sedikit di dlm alquran menjelaskan kejahiliah an bangsa arab,,tidakkah kaum qurais sebagai salah satu makhlk perwakilan jahiliah nya arab...yg selalu menteror dan menghina rasulullullah dlm dakwah alquran..atau org arab yang menciptakan Allah atau Allah yg menciptakan Org arab...atau org Arabkah yg mengajarkan bahasa kpd Allah atau sebaliknya..kembali ke persoalan,,bangsa arab mana kah yg pakai bahasa Alquran..sehingga Rasullulah dlm penerimaan wahyu pertama...Iqra' beliau sendiri tdk bisa membaca..padahal rasulullah sendiri adalah golongan bangsaawan atau darah biru..dan ente lupa ya..kalau siti khadijah mengangkat beliau jadi karyawannya(sebelum diangkat kenabiannya)...krn rasulullah cukup baik saja..(kalau dilihat tabiat org arab,,aneh bin ajaib kalau hanya baik )atau sebaliknya cerdas dan handal lah dia dlm menyelesaikan semua persoalan ...tak te4kecuali dlm urusan perusahaan dagangnya siti khadijah....oalah leh leh..seharunya ente jg kasih jawabatan..arab nya arab mana,,jgn langsung klaim
sesat ....atau ente yg lg tersesat...atau kalau ente mau buka saja di youtube jg bisa..sekalipun bangsa arab..kalau lg pembacaan alquran..kok diteruskan pembacaan artinya...dodol..dodol
Posting Komentar