Pages

Sabtu, 10 Maret 2012

MEMBELA ULAMA : Bantahan Terhadap Pemikiran Abd Moqsith Ghozali Sesat Menyesatkan

Oleh: Abu Jafar Al Samarindi (1)Segala Puji hanyalah milik Allah Pemelihara alam semesta, dan shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada makhluk-Nya yang terbaik, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala Alihi wa Ashhabihi ajma’in.

Amma Ba’du :
Kita wajib bersyukur kepada Allah SWT atas anugerah-Nya yang telah menjadikan kita sebagai muslim yang mengikuti agama Islam. Agama yang Allah meridhainya sebagai agama bagi seluruh makhluqnya hingga Yaumil Qiyamah. Dan ketahuilah! bahwa Allah telah memerintahkan kaum Muslimin seluruhnya agar mereka senantiasa berpegang teguh kepada agama Allah.

Allah berfirman :
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai…” QS. Ali Imran (3) : 103

Allah telah memerintahkan kita mengikuti agama yang haq pada jalan yang lurus (ash-Shirath al-Mustaqim)! Yang merupakan jalan para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam semoga Allah meridhai mereka semua.

Oleh karena itu, wajib bagi kita meyakini bahwa ash-Shirath al-Mustaqim, yang senantiasa kita pinta kepada Allah di setiap sholat kita, agar Ia menunjuki kita kepada ash-Shirath al-Mustaqim, dan yang dimaksud adalah al-Qur’an dan as-Sunnah.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
“Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, yang kalian takkan pernah sesat selama kalian berpegang kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku.”

Akhir-akhir ini telah berkembang dimasyarakat hujatan terhadap Majelis Ulama Indonesia, karena para ulama tersebut telah mengeluarkan 11 fatwa yang mengingatkan umat Muslim akan kesesatan ajaran Ahmadiyah dan liberalisme berdasarkan Quran dan hadist. Hingga hujatan yang tak pantas dilontarkan oleh Ulil Absar Abdalla tokoh liberal dan pendukung Ahmadiyah terhadap Majelis Ulama Indonesia yang didalamnya terdapat Syaikh Sahal Mahfudz (Rois Am NU), Ustadz Dien Syamsudin (Ketua PP Muhammadiyah), Syaikh Omar Shihab dan para ulama lain yang Istiqomah (Semoga Allah merahmati mereka).

Ulil mengatakan bahwa fatwa-fatwa yang dikeluarkan adalah konyol dan tolol (detik.com). Astaghfirullahal adzhiim..

Dengan tak henti-hentinya tokoh-tokoh liberal berupaya meruntuhkan kepercayaan Umat terhadap ulamanya yang teguh bersandarkan Quran dan hadist. Salah satu tulisan yang berupaya menyesatkan umat adalah tulisan Abd Moqsith Ghozali aktivis Jaringan Islam Liberal yang berjudul “ Sesat Menyesatkan”.

Risalah yang penulis sampaikan ini merupakan bantahan dari tulisan Abd Moqsith Ghozali tersebut sebagai bentuk nasehat, dengan berupaya menyampaikan sesuai dalil-dalil Quran dan hadist.

Abd Moqsith berkata :Kosa kata “sesat dan menyesatkan” kian ramai disuarakan oleh sejumlah aparatur agama di negeri ini, terutama untuk mecap kelompok dalam umat yang berbeda dengan pandangan mainstream”

Tanggapan Abu Jafar :
Kalaupun benar yang tuanku maksud dengan “aparatur agama” adalah ulama. Maka sangat disayangkan ternyata tuanku abd moqsith tidak pernah membaca alasan dan dalil yang disampaikan para ulama. Tetapi mengambil tanpa secara ilmiah mengambil kesimpulan bahwa para ulama menyatakan sesat hanya karena alasan berbeda dengan pandangan mainstream. Padahal Para ulama walaupun tidak merupakan mainstream tetap akan mengatakan bahwa yang haq adalah haq dan yang bathil adalah bathil berdasarkan Alquran dan hadist.[/color]

Abd Moqsith berkata :
Tidak kurang dari beberapa ulama di MUI Pusat menyatakan bahwa kelompok A, B, C, dan lain-lain bukan sekedar sesat, tapi bahkan menyesatkan. Tersebutlah ormas-ormas keagamaan seperti Ahmadiyah dan beberapa lagi yang diputuskan berdasarkan fatwa MUI sebagai lembaga yang menyebarkan aliran sesat dan menyesatkan. Dien Syamsuddin, ketua umum PP Muhammadiyah dan sekjen MUI Pusat, menganjurkan agar kelompok Ahmadiyah membuat agama baru saja jika masih ngotot dengan keyakinannya bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang nabi.

Beberapa kiai terus mendorong agar MUI dan PBNU segera mengambil sikap tegas terhadap Jaringan Islam Liberal (JIL) hanya karena institusi itu mengembangkan tafsir keagamaan yang kritis-liberal-progresif, menentang oligarki dan otoritarianisme penafsiran dalam agama.


Tanggapan Abu Jafar :
Tuanku abu Moqsith berupaya menutupi alasan alasan yang dilontarkan kyai hanya sebatas JIL mengembangkan tafsir keagamaan yang kritis-liberal-progresif, menentang oligarki dan otoritarianisme penafsiran dalam agama.

Tuanku Abd. Moqsith ternyata berusaha menutupi alasan-alasan lain menyangkut perkara akidah. Seperti yang diungkapkan Dawam Rahardjo pendukung JIL menyatakan “Asas pluralisme dianut karena berdasarkan realitas, yaitu realitas masyarakat yang majemuk. Dalam masyarakat yang majemuk itu, otoritas, yaitu negara atau MUI, tidak berhak menyatakan bahwa agama yang satu benar dan agama yang lain salah atau "sesat dan menyesatkan" seperti yang dituduhkan kepada Ahmadiyah. Artinya, semua agama harus dianggap benar, yaitu benar menurut keyakinan pemeluk agama masing-masing. Sebab, prinsip ini merupakan landasan bagi keadilan, persamaan hak, dan kerukunan antarumat beragama. Tanpa pandangan pluralis, kerukunan umat beragama tidak mungkin terjadi”

Dalam konteks ini pendukung JIL menganggap benar semua agama padahal aqidah Islam meyatakan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar:

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam” (Ali Imran 19).
“Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (Ali Imran 85).

“Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku” (Al-Kafirun 6).


Dengan menyatakan semua agama benar berarti secara tidak langsung menyatakan bahwa orang-orang yang mengatakan Allah itu ialah Al Masih putera Maryam adalah benar.Padahal Allah berfirman:

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata : ‘Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putera Maryam.’ Padahal Al Masih (sendiri) berkata : ‘Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.’ Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang yang dhalim itu seorang penolong pun.” (Al Maidah : 72).

Inilah alasan utama perkara akidah yang coba ditutupi oleh tuanku Abu Moqsith

Abd. Moqsith berkata :
Selanjutnya tuanku abu Moqsith melanjutkan “Pertanyaannya, siapa sih yang sebenarnya punya otoritas atau kewenangan untuk menyatakan bahwa sebuah pandangan disebut sesat dan menyesatkan. Apakah MUI, NU, Muhammadiyah, atau justru Allah SWT. Di sinilah saya hendak menegaskan sebuah pendirian bahwa yang memiliki otoritas untuk itu tidak lain adalah Allah sendiri. Allah lah yang akan memutuskan di akhirat kelak tentang ajaran-ajaran yang dianggap menyimpang atau tidak. Allah SWT berfirman di dalam Alquran, inna rabbaka huwa yafshilu baynahum yawmal qiyamah fi ma kanu fihi yakhtalifun (sesungguhnya Tuhanmu yang akan mengambil kata putus atas perselisihan yang berlangsung di antara mereka, kelak pada hari kiamat). Di tempat yang lain, Allah SWT berfirman, inna rabbaka huwa a’lamu biman dhalla ‘an sabilihi wa huwa a’lamu biman ihtadza (sesungguhnya Tuhanmu adalah yang paling tahu perihal seseorang yang tersesat dari jalanya dan yang mendapatkan petunjuk).


Tanggapan Abu Jafar :
Benarlah Allah yang akan memutuskan kelak dihari kiamat seperti firmanNya dalam Surah As Sajdah (32) : 25 “inna rabbaka huwa yafshilu baynahum yawma alqiyaamati fiimaa kaanuu fiihi yakhtalifuuna”

“Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang memberikan keputusan di antara mereka pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka perselisihkan padanya”.


Tetapi harus diingat bahwa Allah lah yang maha mengetahui mana orang yang sesat dari jalannya dan mana yang mendapat hidayah. Seperti ayat yang tuanku Abu Moqsith sitir yang lengkapnya adalah firman Allah dalam surah An Nahl ayat 16:125 :
“Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah kebijaksanaan dan nasihat pengajaran yang baik, dan berbahasalah dengan mereka (yang engkau serukan itu)dengan cara yang lebih baik,Sesungguhnya Tuhanmu Dialah jua yang lebih mengetahui akan orang yang sesat dari jalanNya dan Dialah jua yang lebih mengetahui akan orang-orang yang mendapat hidayah petunjuk”.


Oleh karena itu Allah mengutus Rasulullah SAW untuk menunjukkan jalan yang lurus dan bukan jalan yang sesat. Seperti dalam firmanNya surah Yusuf 108 :

“Katakanlah (Ya Muhammad) : “Inilah jalan (agama)ku. Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan bashirah (ilmu) aku dan orang-orang yang mengikutiku. Maha Suci Allah dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.”


Sehingga siapa saja yang tidak mengikuti Rasulullah SAW dan mendurhakainya akan dibiarkan leluasa dalam kesesatannya, seperti dalam firman Allah Surah AnNisa 115.

“Barangsiapa yang mendurhakai Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang Mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali.”


Oleh karena itu Rasulullah SAW meninggalkan dua perkara sebagai pegangan agar tidak tersesat yaitu Al Quran dan Hadist, Rasulullah SAW bersabda :

“Telah kutinggalkan kepada kalian dua perkara yang bila kalian berpegang-teguh kepada keduanya, maka kalian tidak akan tersesat untuk selama-lamanya: (ia adalah) Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.” (Al Fathul
Kabir,II/27).

Dari hadist tersebut jelaslah siapa saja yang bersandarkan kepada Al Quran dan hadist maka tidak akan tersesat. Sedangkan yang jelas-jelas menyelisihi Al Quran dan Hadist akan jelas kesesatannya.

Dengan bersandar pada Al Quran dan hadist tersebut, maka para ulama memberikan nasihat mana jalan yang lurus dan mana jalan yang sesat.

“... Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya” (Al-Imran : 79)

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba hambanya hanyalah Ulama “(QS. Fathir 28)


Rasulullah bersabda : “Ulama adalah pewaris para nabi” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi dihasankan oleh Al-Hafidz dalam Fathul Bari).

Dengan demikian maka jelaslah bahwa tugas ulama adalah memberikan bimbingan dan petunjuk berdasarkan AlQuran dan hadist, sehingga ulama memiliki kewajiban untuk menunjukkan mana yang sesat dan mana yang haq, mana yang halal dan mana yang haram.

Dalam penjelasan diatas jelas sekali bahwa tugas ulama membimbing umat untuk mengetahui mana yang sesat dan mana jalan yang lurus berdasarkan AlQuran dan Al hadist.

Demikianlah Risalah ini penulis sampaikan dengan memohon Ridho Allah SWT, Segala kelebihan datangnya dari Allah dan segala kekurangan berasal dari penulis. Wa billahi taufiq!
Saudara yang mencintai kalian (majalah Tabligh)

Footnote:
(1) Kunyah Abihira

0 komentar:

Posting Komentar